Epilog

45 13 41
                                    

Selamat membaca!~

~°•°•°•°•°•°~

7 tahun berlalu...

Dengan langkah pasti mereka mulai memasuki area pemakaman bersama-sama, dan sampailah saat ini mereka dipusara makam yang sudah ada disitu sejak bertahun-tahun lalu.

Mereka semua berdoa didepan makam itu, setelah doa selesai dengan bergantian mereka menabur bunga digundukan tanah itu dengan hiasan terakhir sebuket bunga mawar putih yang diletakan didekan nisan.

"Tujuh tahun... gak kerasa lo udah pergi selama itu, padahal gue masih berharap kepergian lo itu cuma mimpi buruk belaka." Air mata Arshavina tak mampu terbendung lagi, ia menangis pilu mengingat temannya.

"Banyak yang berubah setelah lo pergi, kita semua sibuk sama kuliah. Lo tau? Banyak yang kangen sama lo, begitu juga dengan gue. Lo sama sekali gak pernah hadir di mimpi gue, lo marah ya sama gue?..." Satu lagi orang yang berbeda mengungkapkan kalimat itu dengan dada yang sesak, dia adalah Akara.

"Berat banget rasanya menjalani hidup tanpa bayang-bayang lo, sekarang gue sama yang lain udah mencapai cita-cita yang dari dulu selalu kita omongin bareng." Dengan perasaan sesak ia menangisi kembali pusara makam itu, Adena terisak.

"Udah bahagia kan disana? Jangan pernah lupain gue sama yang lain ya.." Hanya itu kata yang dapat diungkapkan oleh Adrienne.

"Lo bener, semua orang pasti akan pergi pada waktunya masing-masing. Gue masih gak bisa relain lo pergi..." Bukan hanya Ayleen sebenarnya tapi semua.

"Jika merelakan yang pergi adalah jalan yang baik, maka merelakan mu adalah kenyataan yang buruk." Acasha mengelus nisan bertuliskan nama sahabatnya itu.

"Semua yang hidup pasti akan mati, begitu pula dengan lo. Tunggu gue sama yang lain disana ya..." Ia tak sanggup! Temannya sangat jahat meninggalkan mereka semua tanpa pamit, Aruna masih tak percaya.

"Ayo pulang..." Ajak seseorang kepada mereka semua.

"Rasanya memang berat tapi kalian harus bisa relain dia pergi..." Mereka mengangguk dan mulai beranjak berdiri.

"Kita semua pulang dulu ya..." Setelah itu semuanya pergi dari area makam.

Dari balik pohon ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan ia melangkah menuju pusara makam yang baru saja didatangi oleh Akara dan yang lain.

Ia meletakan setangkai bunga mawar putih kegundukan makam itu, "Pantes gue gak pernah ketemu lo lagi, ternyata lo udah pergi begitu jauh sampe gue gak bisa gapai tempat itu. Pertemuan terakhir kita kayaknya gak ada yang spesial ya, tapi gue seneng bisa kenal sama orang kayak lo." Setelah mengatakan hal tersebut orang itu lantas berdoa.

"Mahesa! Ayo pulang..." Ajak Nathan, sang empu mengangguk dan beranjak berdiri lalu pergi meninggalkan pusara makam itu.

*****

Saat ini Akara dan lainnya sampai didepan rumah milik mendiang Ale 7 tahun lalu, keadaan rumah itu sepi pasalnya setelah seminggu Ale pergi kedua orang tuanya memilih untuk pindah ke Swiss tanpa menjual rumah yang sudah ada sejak Ale belum lahir.

Kedua orang tua Ale memilih pindah karena terus-terusan dihantui rasa bersalah, rumah itu tidak dijual karena saat Ale masih ada waktu itu dia melarang tegas saat Papanya membicarakan perihal rumah ini yang akan dijual.

Mereka mulai memasuki rumah itu, tidak ada berubah semua benda tersusun dimana tempat seharusnya. Hanya saja, figura foto Ale kini dilepas menyisahkan satu foto figura dimana itu adalah foto Ale dan kedua orang tuanya.

Rumah itu sedikit berdebu, wajar saja orang suruhan Papa Ale hanya menyuruh mereka untuk membersihkan rumah itu setahun dua kali.

Mereka mulai memasuki kamar yang didepan pintunya bertuliskan 'Bedroom Jodoh Jamal♡' semua tersenyum miris membacanya.

Satu persatu dari mereka mulai memasuki kamar itu, tercium aroma lavender saat pertama kali masuk disana. Pengharum ruangan aroma lavender adalah barang yang paling disukai Ale.

Semua tersusun rapi, bahkan ponsel Ale pun masih ada diatas nakas dengan kondisi sedikit berdebu. Mereka dibuat terkekeh geli saat melihat sprei yang bermotif semangka itu.

Satu persatu dari mereka melihat-lihat kamar yang sudah lama tak dikunjungi oleh mereka. Dimeja belajar ada botol obat dan surat pernyataan kesehatan yang tergeletak begitu saja disana. Ada yang lebih mencolok yaitu baju seragam Ale yang penuh dengan coretan tergantung didepan pintu kamar mandi.

Mereka menangis lagi! Betapa bodohnya mereka tak menyadari bahwa salah satu sahabatnya itu merasakan sakit sendirian, Ale sangat pintar menyembunyikan itu semua.

Akara mengambil lipatan kertas usang yang ada didekat surat pernyataan itu. Ia membuka dan membacanya, hatinya teriris saat ini hanya ada dia dikamar Ale sedangkan yang lainnya sudah pergi kebawah.

Akara terkekeh saat membaca tulisan itu, tulisan yang ia rindukan namun setelahnya dirinya menangis. Surat itu, adalah surat yang ditulis oleh Ale sehari sebelum pergi ke cafe. Ia menulis surat itu diam-diam didalam kelas. Surat yang didalamnya terdapat beberapa bercak darah kering milik Ale pun membuat Akara semakin terisak, memorinya kembali berputar dimana 7 tahun lalu Ale tergeletak bersimbah darah ditengah jalan raya.

"Ra..." Panggil lelaki bertubuh jangkung. Akara lantas menoleh dan menghapus air matanya.

"Jangan nangis terus, relain ya?" Ujar lelaki itu saat sudah ada dihadapan sang istri.

"SUNAR! JENO! AYO PULANG." Seru Adena dari lantai satu, sontak Akara dan Jeno segera meninggalkan kamar Ale.

Perlu diketahui, harapan Ale untuk menjodohkan teman-temannya kini terwujud sudah. Dimana satu tahun kepergian Ale, Adrienne menikah dengan Azzam karena dijodohkan. Berselah dua tahun pernikahan Adrienne, Acasha menikah dengan Brilian dan Arshavina menikah dengan Naren. Tepat lima tahun kepergian Ale, Akara menikah dengan Jeno dan Adena menikah dengan Wahyu. Dan satu bulan lalu Ayleen melangsungkan pernikahan dengan Bumi, kini tersisa Aruna yang belum menikah.

Mereka menatap sendu bangunan megah didepannya sebelum masuk kemobil masing-masing dan pergi meninggalkan pekarangan rumah itu. Sebelumnya Bumi sudah menitipkan kunci rumah mendiang Ale kepada ibu dari Topan.

Semuanya telah usai, semuanya telah berubah. Nama Aeleasha dan segala kenangannya akan selalu diingat sampai kapan pun.










-THE END-

Surat perpisahan yang ditulis Ale sehari sebelum hari kematiannya 7 tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Surat perpisahan yang ditulis Ale sehari sebelum hari kematiannya 7 tahun lalu.

Anonymous Girl's | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang