28. Om harap tenang

34 26 87
                                    

Selamat membaca!~

~°•°•°•°•°•°~

Sudah hampir 3 jam Akara dan yang lainnya berjalan dari tubuh basah kuyup kini sudah agak mengering. Ada hal yang membuat mereka bersyukur karena menemukan jalan tanah yang mungkin biasa dilewati oleh para penduduk desa.

Jam menunjukan pukul 4:30, dari arah berlawanan dapat terlihat kilatan cahaya berwarna putih yang kini kian mendekat.

"Aduhhh eneng² atos timana? eta bajuna bararaseuh?"Tanya seorang Bapak-bapak berpakaian rapih seperti ingin pergi sholat yang baru saja berhenti tepat didepan mereka. Asal dari cahaya putih itu ternyata lampu motor yang dia bawa.
[Kalian darimana? Kok bajunya basah?]

"Kita teh atos ragrag tina jurang Pak."Ujar Akara.
[Kita baru aja jatuh dari jurang, Pak."

"Astagfirullahaladzim, hayu atuh ka bumi bapak heula." Ajak Abah itu dengan ramah.
[Astagfirullahaladzim, yuk ke rumah bapak dulu.]

"henteu ngarepotkeun Bah?" Tanya Arshavina tak enak.
[Tidak merepotkan, Pak.]

"Engga atuh, kalian masih kuat kan?" Tanya Abah itu, semua mengangguk.

"Ikutin Abah dari belakang ya, rumahnya ya gak terlalu jauh kok."

"Hatur nuhun Bah," Ujar Akara.

"Santai wae atuh," Mereka mulai berjalan dan untunglah kedinginan yang dialami Ale tadi sudah mendingan.

Dan sampailah mereka saat ini dirumah yang terbilang besar dengan nuansa tradisional.

"Ambu," Panggil Abah itu saat sudah sampai didepan pintu rumahnya.

"Aih Abah siapa mereka?" Tanya Ambu yang melihat dari belakang punggung suaminya ada Ale dan lainnya.

"Nanti wae atuh nanya nya, kasian mereka udah kedinginan begitu." Ambu yang mendengar itu sontak menyuruh Ale dan lainnya masuk dan berganti pakaian menggunakan baju Ambu.

Selagi menunggu Ale dan lainnya berganti pakaian Ambu berniat membuat teh untuk mereka semua sedangkan Abah sudah pergi lagi ke surau untuk sholat.

Yang selesai duluan adalah Ale, ia memakai kaos yang sudah agak lusuh namun masih bagus dengan celana hitam panjang.

"Sudah selesai," Ambu menghampiri Ale yang tengah melihat-lihat isi dalam rumah itu.

"E-eh udah Ambu," Ale agak canggung.

"Sini duduk, biar Ambu sisir rambut kamu." Ale hanya menurut dan mulai duduk dikursi yang ada diruang tengah rumah itu.

"Kenapa kalian bisa sampai kayak gini?" Tanya Ambu dikala tangannya sibuk menyisir rambut Ale.

"Pas jerit malam tadi kita semua salah jalan Ambu, pas ditengah jalan gak sengaja ketemu hewan buas. Kita semua lari dan gak tau kalo didepan sana ada jurang yang bawahnya sungai, aku sama yang lain langsung kebawa arus sungai itu. Terus aku sama yang lain jalan kaki dari deket sungai itu sampe ketemu sama jalan tanah dan ketemu Abah." Penjelasan Ale membuat Ambu tersenyum tipis karena mereka masih bisa selamat dari bahaya.

Anonymous Girl's | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang