Selamat membaca!~
~°•°•°•°•°•°~
Minggu pagi hari terakhir dimana Ale dan teman-temannya tinggal dirumah Abah sebelum sore menjelang.
Kini semuanya tengah sibuk, lebih tepatnya sedang sibuk membantu Ambu kecuali Ale yang disuruh istirahat total.
Ale hanya duduk menatap bosan, ia ingin melakukan sesuatu tapi dilarang tegas oleh Dayat yang subuh tadi mampir kerumah Abah untuk mengecek kondisi Ale.
"Masih pusing?" Tanya Akara yang ikut duduk disamping Ale.
"Udah mendingan."
"Lo kenapa sih sebenernya?" Sungguh! Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sangat dibenci Ale.
"Gue gak pa-pa Sunar, cuma kecapean aja." Jawab Ale sabar.
"Apa gara-gara kita kecebur disungai?" Tanya Akara lagi.
"Hubungan sama sungai apaan?" Tanya Ale tak mengerti.
"Kali aja lo ketempelan setan sungai." Ucap Akara acuh.
"Ya elo itu setannya,"
"Kita beneran balik sore nanti?" Tanya Akara.
"Iyalah, apa lo mau disini aja?"
"Enggak lah, gue masih kangen Jeno." Gumam Akara.
"HAH?! LO KANGEN SAMA JENO? ADA HUBUNGAN APA LO SAMA SI SIPIT ITU?" Tanya Ale tak santai.
"Lo ngatain gue juga fantek lah, gue gak ada hubungan apa-apa sama dia." Ale yang tak percaya justru menatap Akara dengan pandangan menyelidik.
"Yang bener? Gue udah seneng padahal kalo lo ada hubungan sama Jeno." Ucap Ale seraya merangkul pundak Akara.
"Iya bener, kenapa sih lo ngebet banget biar gue sama yang laen jadian sama temen sepupu lo?" Tanya Akara.
"Sunar, setiap orang itu butuh pendamping gak mungkin kan lo sama yang laen bakal jomblo terus gini. Dan suatu saat nanti juga kita kan bakal kepisah gak bisa bersama terus, gue berharap saat lo sama yang laen punya pasangan setidaknya masih ada temen cerita." Entah mengapa Ale mengatakan itu seakan-akan dirinya benar-benar akan pergi jauh meninggalkan semua sahabatnya dan orang-orang yang ia sayang.
"Tapi kenapa harus mereka?"
"Karena nyatanya lo semua suka sama mereka." Bagaimana Ale bisa tau bahwa selama ini dirinya dan yang lain menyukai remaja bandung itu.
"Nar, kalo suatu saat nanti gue pergi. Relain gue ya biarin gue pergi dengan tenang, jagain mereka. Maafin gue kalo belum bisa jadi temen yang baik buat lo dan yang lain."
"Lo ngomong apaan sih? Lo gak perlu minta maaf lo gak salah, gue malah seneng bisa kenal sama lo." Ucap Akara, mendengar ucapan Ale membuat dada nya sesak.
"Betul kata Sunar, gue mohon jangan pergi. Lo udah gak suka temenan sama kita?" Tanya Adena yang kini duduk disebelah Ale. Jadi posisinya Ale yang berada ditengah-tengah antara Akara dan Adena.
"Bukan gitu, semua manusia akan pergi pada saat yang udah ditentukan. Baik itu gue maupun lo semua, gue cuma takut nanti gak sempet ngomong gini kalo aja gue yang duluan pergi."
"Apaan sih lo, lo gak boleh pergi duluan pokoknya." Ucap Akara dan langsung memeluk tubuh Ale begitu pula dengan Adena.
"Kan gue cuma ngomong kalo aja, ck."
"Sama aja, lo ngomong gitu seakan-akan bakal beneran ninggalin kita jangan bikin takut deh." Sahut Adena.
Gue juga sebenernya takut, bahkan takut banget Mun. Gue harap apa yang gue dan lo takutin gak akan jadi kenyataan Batin Ale.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Girl's | ✔️
Teen Fiction[Completed] Menceritakan kisah ketujuh gadis remaja yang menikmati masa-masa SMA ditambah bumbu-bumbu kisah cinta sebagai pelengkap. Dan dengan sikap yang tidak mencerminkan seorang manusia. "HELLO FUTURE!! ASEK MARI DIGOYANG SAUDARA-SAUDARA!" Teria...