07. Kenapa? Gerah ya?

83 70 31
                                    

Selamat membaca!~

~°•°•°•°•°•°~

"AMBIL YANG BANYAK JAMBUNYA WOI!" Teriak Ale dari bawah.

"Bentar elah, disini banyak semutnya." Sungut Akara dari atas pohon jambu. Memang Akara sangat bisa diandalkan.

"Pungutin woi jambunya jangan malah liatin aja," Sentak Ale melihat keempat temannya hanya diam dan menatap Akara dari bawah.

Ayleen ada rapat OSIS jadilah dirinya tidak ikut rencana ngerujak dadakan dirumah Akara. Saat ini mereka sedang ada dibawah pohon jambu air milik Pak Basiran, tetangga Akara yang galaknya minta ditampol.

"Jangan berisik ntar Pak Basiran kesini." Bisik Akara dari atas, walaupun jauh tapi masih bisa didengar kecuali...

"HAH? APA? LO KALO NGOMONG JANGAN BISIK-BISIK NAPA GAK KEDENGARAN GUE." Ale dengan wajah cengonya menatap Akara dari atas.

"Berisik woilah, nanti kita ketauan ama Pak Basiran mau lo?" Tanya Adena kesal. Sepertinya Adena harus membawa Ale ke THT.

"Enggak! Gak mau gue," Tolak Ale mentah-mentah.

"Yaudah makanya diem."

"Oke." Setelah itu tidak ada lagi percakapan, mereka sibuk memunguti jambu air yang dijatuhkan oleh Akara.

"Cukup gak?" Tanya Akara.

"CUKUP!" Mendengar itu Akara lantas turun.

Dan sinilah mereka saat ini, diteras depan rumah Akara. Rumah minimalis berlantai dua dengan teras depan yang terlihat sejuk karena banyaknya pepohonan dan tanaman.

Sebenarnya tujuan utama mereka berkunjung bukanlah untuk merujak, tetapi untuk mengerjakan tugas kelompok. Mungkin bila murid lain bila bekerja kelompok akan dicaffe atau semacamnya, beda lagi dengan keenam remaja ini.

Duduk diatas lantai yang beralaskan karpet dengan cara memutari, terlihatlah ditengah-tengah mereka ada cobek yang sudah ada sambal untuk merujak dan juga buah-buahkan yang hampir seluruhnya hasil dari maling ada juga, es teh manis, seblak, sosis roll, dan masih banyak lagi.

Ale menyibak rambutnya kebelakang, "Gerah banget gila, minjem iket rambut Ra gue lupa bawa." Diantara mereka semua memang tidak ada yang memakai hijab.

"Bentar, gue cari dulu ada apa engga." Setelah mengatakan itu Akara berjalan memasuki rumah guna kekamar untuk mencari ikat rambut untuk Ale.

"Kapan-kapan gitu yok, kita kerja kelompok dicafe." Ajak Acasha.

"Ayok aja sih gue mah, tapi nih ya dicaffe kan makananya mahal." Ucap Akara tiba-tiba datang dari dalam rumah.

"Nih," Akara memberikan ikat rambut berwarna hitam, setelah itu Ale mengucapkan terima kasih dan segera mengikat rambutnya.

"Lo gak usah sok miskin, kasian Bapak lu kerja bahkan jarang balik masa duitnya mau lo simpen gitu aja." Celetuk Acasha.

"Yakan sayang weh, satu menu makanan dicafe setara ama semua makanan yang ada didepan kalian sekarang." Tukas Akara.

"Harusnya lo harus lebih sayang ama Bapak lo Ra, bukannya Bapak lo selalu bilang nyari duit untuk lo ama Emak lo?" Ucap Ale.

Anonymous Girl's | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang