42. Akhir sebuah cerita

43 14 40
                                    

Selamat membaca!~

~°•°•°•°•°•°~

Play your sad playlist!
•••

Pagi ini dikediaman keluarga mendiang Ale sangat ramai oleh pelayat yang ingin menyampaikan bela sungkawa. Rombongan Abah juga sudah datang subuh tadi, dan saat ini Ambu tengah berusaha menenangkan Mama Ale yang terus menangis meraung-raung.

Karangan bunga ucapan turut berduka cita berjejer rapih membentang disepanjang perumahan blok A. Jenazah Ale datang pada jam 06:00 tepat tadi, semuanya berduka bahkan Topan dan Alam terus menangis.

Jefri dan lainnya pergi kepemakaman untuk membantu menggali makam untuk dijadikan tempat peristirahatan terakhir Ale. Mereka tak percaya akan kenyataan pahit bahwa Ale harus pergi terlebih dahulu.

"Ale pergi gara-gara gue Bang, kalo aja gue nyebrang hati-hati pasti Ale gak akan pergi." Adena terus menyalahkan dirinya atas kematian Ale, bahkan Adena sempat pingsan saat dirumah sakit tadi.

"Shutt! Lo gak salah, jangan salahin diri lo sendiri. Dia pergi karena takdir bukan karena salah lo dek. Lagipula kalo kejadian ini gak terjadi, kita gak akan tau kalo dia sakit." Ujar Satria memeluk erat adiknya.

"Dia janji gak akan ninggalin gue Teh, tapi ini apa? Kenapa dia pergi ninggalin gue sama yang lain." Akara menatap kosong mayat Ale yang ada disampingnya saat ini.

"Kara, Setiap ada pertemuan pasti ada juga perpisahan, tetapi dengan perpisahan tersebut bukan menjadi alasan untuk kalian saling melupakan." Ros berusaha menasihati adiknya.

"Kenapa dia pergi duluan? bahkan dia belum pergi keacara prom night. Ale jahat hiks..." Acasha menatap nanar tubuh yang terbujur kaku dihadapannya.

"Manusia merencanakan pertemuan, namun Tuhan yang menentukan jika akhirnya harus ada perpisahan, tidak ada yang harus disesali." Kakak Acasha berusaha menenangkan adiknya yang saat ini ada dipelukannya.

"Kenapa pas gue balik dari sini lo pergi Le? Bahkan kita belum sempet ngerayain kelulusan bareng-bareng." Aruna menangis tersedu-sedu seraya memeluk tubuh kaku Ale.

"Kok lo jahat banget sih Le, lo pergi ninggalin kita semua. Gue marah sama lo Le!" Dengan nada melemah Adrienne hanya mampu menatap tubuh temannya itu.

"Lo tau gue benci sama hal yang berbau kehilangan, tapi kenapa sekarang lo pergi Le? Lo ninggalin gue sama yang lain, lo buat gue merasakan kehilangan lagi." Lirih Ayleen.

"Kenapa lo tega banget ninggalin kita? Gue mau marah sama lo tapi gak ada gunanya, gue mau kecewa sama lo juga tetap gak ada gunanya. Yang tenang ya, sekarang lo udah gak sakit lagi." Arshavina hanya mampu tersenyum miris.

"Kak kenapa lo pergi? Nanti gue main sama siapa kalo lo gak ada hiks..." Alam menangis dipelukan sang Ibu.

"Bahkan kita belum pernah pergi mancing bareng ditempat pak Soleh kenapa lo pergi Kak? Gue bakal kesepian..." Ibu Topan hanya mampu memeluk anaknya dengan erat dengan isak tangis.

Mobil ambulace yang membawa jenazah Ale kepemakaman baru saja melaju dikawal oleh bawahan Burneo sebelumnya jenazah Ale sudah disholatkan dimasjid terdekat, dibelakang mobil ambulace berjalan beriringan secara rapih motor dan mobil yang ikut mengantar Ale keperistiratan terakhirnya.

Anonymous Girl's | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang