Hello, ketemu lagi di cerita gak jelas kedua aku!!!! Maaf kalo nanti kalian akan merasa terganggu or apa, dengan notice updete-an aku, yang mungkin akan sangat rajin.
Spam comment, ya biar cepet up.
Btw, nyasar sampe kesini, jalur mana?
🎵 Kota - Dare 🎵
***
Aku mau bilang, kalo cerita ini murni hasil pemikiranku sendiri. Kalau ada kesamaan pada cerita lain, itu hanya faktor ketidak sengajaan.
Cerita ini, hanya tentang kisah remaja dengan bahasa non baku.
Cerita mengandung bahasa kasar, aku berharap banget sama kalian untuk tidak meniru segala adegan atau perkataan kasar yang ada di dalam cerita ini.
Kalian boleh marah, baper or nangis pas baca cerita ini kok. Luapin aja di setiap line comment, intinya jangan ditahan sendiri, takutnya kalian pingsan didalem kamar.
Comment username instagram kalian disini, ya. Kita mutualan yuk!
Don't forget to comment and vote, guys!
HAPPY READING FOR ALL ♡
*------------------------------------------------------*
"Sebuah epilog tanpa prolog, bagai kisah yang tak pernah dimulai ... namun, harus berakhir tanpa kata usai."
- Elzaska
*-----------------------------------------------------*
[ 00. Prologue ]
"Sakit, mah. Tubuh El sakit semua," lelaki kecil itu menekuk kedua kakinya. Wajah imut nya ia sembunyikan dibalik lipatan tangan, agar ia tak bisa melihat wajah manusia dihadapannya.
Alasannya hanya satu. Ia, begitu takut ...
Bayang-bayang dan ingatan itu seolah selalu menghantuinya setiap saat. Namun perlahan, ia membuka mata. Mengintip dari sedikit celah tangannya. Ia merasa manusia di hadapannya telah pergi. Entah kemana, ia pun tak tau. Namun dalam hati kecilnya, ia berucap syukur.
Lelaki kecil itu perlahan bangkit dengan susah payah. Setelah berdiri, ia berjalan dengan tertatih. Menyeret satu kakinya untuk menuju pada pintu.
Ia ingin pergi. Ia ingin keluar, dan berlari sejauh mungkin yang dirinya bisa. Agar, rasa sakit ini tak pernah hadir lagi.
Namun, sepertinya semesta memang suka sekali bermain-main dengan anak kecil delapan tahun itu.
Manusia yang sudah menghajarnya habis-habisan itu kini datang kembali dengan tersenyum miring. Satu tangan wanita itu memegangi sebuah rotan yang kapan saja siap untuk menyerang tubuh mungilnya.
"Kenapa kamu pecahkan fas bunga saya? Kamu tau tidak itu harganya sangat mahal?"
Dan ya, lelaki kecil itu habis. Berakhir terkulai lemas di atas dinginnya lantai gudang dengan ribuan bekas sabetan rotan yang Ibu tirinya lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELZASKA
Teen FictionMalam merambat lambat, netra selegam jelaga itu kembali membuyarkan lamunan malam, seolah tak ingin pergi barang sedetikpun dari dalam ingatan. Manik gadis itu menatap langit yang penuh dengan konstelasi bintang yang nampak membentuk konfigurasi ber...