04 || Jingga khawatir

3.7K 290 40
                                    

"Kita lemah, dan gak dikasih kekuatan apapun untuk melawan dunia yang jahat ini."

- Elzaska.

***

Jingga buru-buru keluar dari kelasnya, saat bel pulang telah menggema

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga buru-buru keluar dari kelasnya, saat bel pulang telah menggema. Ia berjalan cepat, bahkan meninggalkan kedua sahabatnya yang masih membereskan buku.

Saat berada di koridor, banyak gadis-gadis yang sedang membicarakannya. Masih tentang masalah kemarin di basement dan tentang hubungannya dengan El yang kini juga masih menjadi perbincangan hangat di sekolah. Namun untuk kali ini, Jingga memilih mengabaikannya.

Sejak jam pertama pelajaran dimulai, Jingga tak bisa fokus. Ia terus saja memikirkan bagaimana kondisi El. Cowok itu memang senang sekali membuatnya cemas.

Saat berada di persimpangan koridor, mata beriris coklat terang milik Jingga menangkap sosok seseorang yang ia kenal.

Dengan cepat Jingga menghampirinya. "Kak!" Seru Jingga, lelaki itu berbalik badan menatap Jingga dengan tersenyum.

"Ada apa?" Kenan menaikan sebelah alisnya, saat Jingga sedari tadi hanya diam.

"El, gak masuk, kenapa ya kak?"

Kenan mengulum senyum pedih. "El dikeroyok kemarin," Jingga membulatkan matanya terkejut, menutup mulutnya agar tak berteriak.

"Kok bisa? Gimana kronologisnya?"

"Gue gak tau kronologisnya gimana. Tapi kemaren pas gue sama temen lainnya pulang dari RS njenguk Toni, gue liat El terkapar di pertigaan sepi deket hutan kota." Mendengar itu, Jingga tak kuasa menahan tangisnya. Ya, Jingga itu terlihat kuat tampangnya aja sih, sebenernya dia itu cengeng banget.

"Lo tau sendirilah gimana batu nya El, gue udah nanya berulang kali tapi dia kekeh gak mau jawab. Tapi mungkin lo bisa nanyain ini ke El langsung, kalo lo yang nanya, kemungkinan besar pasti dijawab sama dia," El itu batu keras, namun saat dekat dengan Jingga semua berubah.

Jingga mengusap air matanya, demi apapun ia sangat khawatir dengan kondisi lelaki keras kepala itu. "Makasih kak, gue mau jenguk El dulu," Jingga pamit lalu hendak berbalik badan, namun Kenan mencegahnya.

"Lo naik sepeda, 'kan?" Jingga mengangguk.

"Bareng gue aja, apart El lumayan jauh kalo di tempuh naik sepeda."

"Nanti sepeda gue gimana, kak?"

"Taruh sini aja, nanti gue suruh orang kepercayaan buat ngambil," Jingga mengangguk lesu.

Melihat wajah tak sumringah Jingga, lantas Kenan menyodorkan sebuah coklat pada Jingga. "Dari El. Biar lo senyum. Kata El, dia baik-baik aja, lo gak usah khawatir," Hati Jingga seolah berbunga-bunga. Bahkan saat El sedang sakit pun masih sempat memikirkan dirinya. El, lo selalu bikin gue baper. Sialan!

ELZASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang