100 +++ comment ygy, baru up lagi 💋💋💋 aku kan butuh semangat buat next 🫶🏻El dan Jingga kini berjalan berdua untuk menghampiri motor El yang terparkir di depan pagar rumah Jingga. Tatapan cowok itu nampak kosong kedepan sana.
Ia terus berfikir, mengapa Jingga bisa bersama dengan lelaki lain. Ck, cowok yang mengantar Jingga tadi sepertinya pernah ia lihat, tapi dimana. Rasanya El ingin sekali menonjok muka lelaki itu. Sialan.
Jingga yang geram karena El terus diam akhirnya angkat bicara. "El, kamu kenapa ngelamun?"
El tersentak. "Enggak, aku cuman mikir, kapan ya kita ciuman," jawab El ngasal, langsung membuat Jingga melotot dan berakhirlah pipinya yang merona.
"El, ish." Jingga memukul pelan pundak El.
Kini dua orang itu sudah sampai di samping motor El. El menatap wajah Jingga yang masih merona dengan senyum jahil.
El mendekatkan wajahnya pada lekuk leher Jingga, menghirup aroma gadis itu dalam. Aroma vanila, kesukaan El.
El berbisik di telinga Jingga. "Gimana kalo kita ciumannya sekarang aja?"
Jingga terkejut. Saat gadis itu hendak membalas ucapan El, gerbang terbuka menampilkan Bi Ijah dengan serbet yang terampir di pundaknya.
"Non Jingga, Mas El, lagi pada apa disini malam-malam?" El kaget, dan langsung memundurkan kepalanya.
"Eh, Bi Ijah, ini em habis nganterin Jingga."
"Owalah."
Mobil taksi yang berhenti di depan gerbang rumah Jingga, mengalihkan atensi tiga orang itu.
Hyura-mama Jingga keluar dari dalam mobil taksi dengan gaya modis, serta kacamata hitam yang bertengger manis di atas hidung mancungnya.
Hyura membuka sedikit kacamatanya, menatap El dari bawah sampai atas, kemudian beralih menatap Jingga. "Pacar kamu, Jingga?" Jingga terdiam tak berani menjawab.
"Dasar anak gak tau diuntung. Masih kecil udah pacaran, mending belajar, atau kerjain aja pekerjaan rumah, biar sedikit berguna."
Hyura berlalu masuk kedalam rumah dengan menatap El sinis. Bi Ijah menggaruk tengkuk nya yang sebenarnya tak gatal. "Ucapan Mamah gak usah di masukin ke hati ya, Non. Mas, Bibi duluan mau nyiapin air panas buat nyonya."
Jingga menatap El tak enak hati. "Maafin Mamah aku ya, El."
El tersenyum kemudian mengelus kepala Jingga. "Udah malem, aku pulang dulu. Kamu jangan lupa ganti plester perbannya." Jingga mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELZASKA
Teen FictionMalam merambat lambat, netra selegam jelaga itu kembali membuyarkan lamunan malam, seolah tak ingin pergi barang sedetikpun dari dalam ingatan. Manik gadis itu menatap langit yang penuh dengan konstelasi bintang yang nampak membentuk konfigurasi ber...