Setelah turun dari angkutan umum, Jingga melangkahkan kakinya menuju ruang kelas. Seperti biasanya, gadis itu berangkat kesiangan. Tepat sekali bel masuk menggema, Jingga baru menginjakkan kakinya di gerbang sekolah.
Sembari mendengarkan musik hivi remaja dari headsetnya, gadis itu memasuki ruangan kelasnya dengan lesu.
Semua orang yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, kini terhenti dan atensi mereka teralihkan pada Jingga yang sudah empat hari ini tidak masuk. Bahkan di absen harian siswa, gadis itu dinyatakan alpa.
Tak terkecuali Rosa dan Nanda, dua gadis itu kini menghentikan kegiatannya yang semula sedang memakai liptint ekstra cetarnya, kemudian berlari menghampiri Jingga yang sedang merebahkan kepalanya di atas meja.
"Demi Pak Eko biologi! Jigonggggggg, i miss you so much!" Pekik Rosa heboh dan langsung memeluk Jingga.
"Jingga! Kangennnn," ujar Nanda, gadis itu juga langsung memeluk Jingga.
Lain halnya, Jingga yang merasa tidak enak badan sedikit risih dengan kedua temannya yang mendekap begitu erat, bahkan sampai ia sesak napas.
"Lo berdua, bisa lepas dulu gak? Nih gue sesak napas anjirt!" Tangan Jingga yang bebas, menonyor kedua kepala temannya.
"Ihhh Jigong, lo gak kangen apa ama kita?" Tanya Rosa setelah melepas pelukannya. Jingga melengos lalu mencabut headset yang masih berada di telinganya.
"Lo berdua gak ngangenin tau!"
"Ya ampun, gue yang gemesin ini dibilang gak ngangenin? Wah, parah sih elo!" Ucap Rosa dramatis dan dengan segera, Nanda memberikan Rosa tisu.
"Usap dulu umbel lo, jiji gue," kata Nanda.
"Dah udah ah lo berisik, gue mau lanjut tidur ini. Dari malem gak tidur, ck kampret!" Decak Jingga.
"Lah kenapa lo bisa gak tidur? Biasanya lo paling kebo."
Jingga menatap Nanda datar, kemudian menyembunyikan wajah dibalik lipatan tangan. "Bokap gue. Bazengan, dia berulah lagi."
"Anjirt! Bokap lo ngapain lagi?" Pekik Rosa keras sekali, dan Nanda yang kesal langsung mengganjal mulut Rosa menggunakan tutul bedak.
"Bacot lo keras banget!"
Jingga berusaha membuka matanya dan menatap kedua temannya. "Mabok keknya dia. Semalem meluk gue, terus dia ngigo gak jelas. Mana ngatain gue pelacur."
"Wanjro---"
"Jingga Shaqueena Amora," panggil Nico, ketua kelas yang terkenal paling cepu sejagad Lesmana dengan buku absen di tangannya.
"Mau apa lo, hah!" Rosa melototi Nico.
Tak memperdulikan tatapan Rosa, Nico langsung menatap Jingga. Ya, karena Nico pikir, Rosa aneh dan gak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELZASKA
Teen FictionMalam merambat lambat, netra selegam jelaga itu kembali membuyarkan lamunan malam, seolah tak ingin pergi barang sedetikpun dari dalam ingatan. Manik gadis itu menatap langit yang penuh dengan konstelasi bintang yang nampak membentuk konfigurasi ber...