33 || Pertemuan yang menyakitkan

1.4K 82 24
                                    

Hello mood booster. I'am back, buat yang lupa alur cerita ini bisa di baca ulang ya, cmiwww 💋💋💋

Dont forget to vote and comment, happy reading for all ♡

***

etelah turun dari ojek online, Jingga merotasikan penglihatannya. Dia membuka google maps, untuk memastikan ia tidak salah tempat. Dan, setelah mengecek ulang maps, Jingga akhirnya yakin jika titik maps itu tertuju di taman Palangkaraya, tidak salah lagi, tempat yang dikirimkan oleh nomor yang ia tidak kenal itu.

Dan saat ia melangkah, ia mendapati seseorang. Seseorang yang pernah dihajar El habis-habisan di hadapannya.

Jingga mengernyit, apa dia sosok di balik nomor tidak di kenal itu? Lelaki itu tersenyum, namun Jingga hanya membalas dengan tatapan tajam. "Hai, Jingga..."

Sementara itu, di sisi lain, Tania merasa kesal karena sedari tadi ia mencari informasi tentang tempat Dangerous gang berlatih futsal belum kunjung ia ketahui.

Dia kemudian melajukan mobilnya untuk menuju ke sebuah kafe. Mungkin ia akan mengistirahatkan badannya yang lelah sembari mengisi perut. 

Namun belum sampai di kafe yang ia tuju, sesuatu membuatnya terkejut ketika ia melihat Jingga bertemu dengan seorang lelaki, di taman Palangkaraya dan Tania berakhir mengukir sebuah senyuman.

"Kita mulai permainan ini," ujar Tania lirih kemudian menggambil gambar Jingga saat bersama lelaki itu.

Udah gue duga dari awal. Jingga tidak bener-bener mencintai El. Dan lihat, dugaan gue benar. Jingga, cewek cabe itu selingkuh. Sialan.

Tania mengumpati Jingga namun apa bisa di duga, hatinya begitu senang sekarang karena kunci as Jingga ada bersamanya.

***

Jingga memandang Alhesa kesal, kini ia tahu apa arti kata 'kejutan' yang cowok di hadapannya ini ucapkan ketika siang tadi di depan gerbang sekolah.

"Berita penting tentang El apa yang harus gue tau?" Jingga bertanya langsung ke inti tanpa berbasa-basi atau apalah, entah mengapa ia malas sekali menanggapi orang seperti Alhesa ini.

Alhesa melepas headband nya. Dia terlihat berkeringat dan memakai jersey basket. "Kita bisa duduk dulu buat bicarain hal ini. Karena ada banyak hal yang sepertinya lo harus tau."

"Banyak hal?" Beo Jingga.

"Ya, gue rasa lo harus tau."

Jingga menghela napasnya seraya melihat sekeliling. Taman ini memang terkenal sepi pengunjung, apalagi di jam siang bolong seperti ini. Kemudian Jingga balas mengangguk dan berjalan mendekat ke kursi taman lalu duduk, di ikuti oleh Alhesa.

"Cepet bilang, gue sibuk banyak acara," ujar Jingga dengan nada angkuh. Alhesa tersenyum singkat, ia tau jika gadis itu berbohong.

Alhesa menarik napasnya dalam. "Apa sebelumnya, El udah pernah cerita ke elo tentang gue dan dia?" Jingga mengernyit sembari menautkan kedua alisnya, Alhesa tau jika itu adalah tanda bahwa Jingga belum mengetahui.

Detik berikutnya, Jingga terkekeh. "Siapa sih yang gak tau lo dan Alhesa. Lo berdua sodara 'kan? Tapi, tiri?"

Alhesa mendengus mendengar penuturan Jingga, bukan itu yang ia maksud. "Selain itu, apa yang lo tau tentang gue dan El?"

"Em, gak ada sih. Atau mungkin, belum ada?" Jingga berbicara dengan menaikan sebelah alisnya.

Kemudian Alhesa membasahi bibir bawahnya dan kembali berbicara. "Ya, mungkin belum ada. Dan hari ini, lo bakal tau semuanya."

ELZASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang