Konflik masih ringan, no plakor-plakor. So apresiasinya jangan lupa ya sayangkuh, muach-muach!!! 💋💋💋
Jingga berdecak kemudian melirik ke lain arah saat El mengatakan hal itu. Apakah memang benar jika semua ucapan cowok itu Bulshit? Katanya gak bisa didiemin, tapi kok bisa bohongin.
"Lepasin tangan gue, El."
El seolah tak mendengarkan rintihan Jingga. Cowok itu terus menatap mata Jingga dalam. Ya, wajah El jika sedang serius seperti ini terlihat lebih seram dari biasanya.
"Jawab dulu pertanyaan gue! Lo kenapa ngehindari gue?" Tanya El. Jingga meringis saat cekalan tangan El semakin mengetat.
Kenan yang melihat perdebatan kecil dua orang itu, menghampirinya. "Gue tau lo lagi marah, El. Tapi bukan gini caranya," ucap Kenan halus kemudian mengambil tangan Jingga dari cekalan El. Sedangkan El diam saat Kenan mengelus pergelangan tangan Jingga.
Dan Tania yang sedang makan mengetahui kedatangan seseorang pun bangkit dari duduknya, lalu menghampiri El juga Jingga.
"Hai!" Sapa Tania pada Jingga. Namun Jingga justru membuang mukanya dengan sinis.
"Em, nama gue Tania, murid pindahan. Nama lo siapa? Kok lo bisa kenal sama El dan Kenan?" Tanya Tania, sedangkan Jingga menaikan sebelah alisnya. Sebenarnya Jingga agak gimana gitu, harusnya dia 'kan yang bertanya. "Kenapa lo deketin El." Ya, meskipun ia dijadikan kekasih hanya karna rasa bersalah, tapi disini Jingga adalah kekasih resmi Elzaska.
Saat Jingga hendak membalas pertanyaan Tania. El sudah terlebih dahulu menarik tangannya. El membawa Jingga pergi dari kantin, sampai di lorong sepi cowok itu baru menghentikan langkah.
"Lo kenapa sih, El?" Tanya Jingga tak habis pikir, tidak seperti biasanya El bersikap kasar padanya.
El berusaha mengatur pernafasannya yang terdengar tak beraturan. "Maafin gue, Jingga," ucap El secara tiba-tiba. Jingga mengernyit, apakah cowok ini sudah menyadari kesalahannya?
"Maaf karna udah ngebohongin gue?" Jujur sebenarnya Jingga agak takut mengatakan ini, karena raut El terlihat tak mengenakan.
"Bohongin apa?" El sedikit mengeraskan suaranya.
Jingga tersenyum miring, kemudian menghembuskan napas, ternyata El belum menyadari kesalahannya juga. "Gak tau El, harusnya gue gak kaya gini, tapi jujur gue makin benci sama lo---" saat hendak pergi dari hadapan El. Tapi tangan El lagi-lagi mencekalnya.
"Kalo gue ada salah sama lo, jelasin Jingga. Biar gue bisa mengintropeksi diri."
"Udahlah El. Lo gak ada salah, gue yang lebay!" Seru Jingga. Demi apapun sekarang Jingga menangis karena tidak sanggup menahan air matanya. Bagaimana pun, Jingga tetaplah Jingga yang cengeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELZASKA
Teen FictionMalam merambat lambat, netra selegam jelaga itu kembali membuyarkan lamunan malam, seolah tak ingin pergi barang sedetikpun dari dalam ingatan. Manik gadis itu menatap langit yang penuh dengan konstelasi bintang yang nampak membentuk konfigurasi ber...