Kalo di part ini sampe jebol comment, fiks aku double up 💋💋💋
"KENAPA LO LAKUIN ITU?"
Tristan mempercepat langkahnya saat El sudah kelewat batas. Cowok itu menarik tangan El agar sedikit menjauh dari salah satu meja di kantin lantai atas. Mengingat, dia sudah menjadi pusat perhatian banyak orang.
El menepis tangan Tristan. "Lo diem, Tris!"
"El, udah! Lo jadi pusat perhatian," ujar Tristan berusaha menenangkan amarah El yang begitu membara.
Elzaska meredam amarah dengan cara mengepalkan kedua tangannya di sisi badan. Ia menghembuskan napas kasar, kemudian kembali menatap Ica.
"JAWAB GUE, CA!" Bentak El sekali lagi pada Ica.
Ica terdiam lama kemudian bersuara lirih, "Gue cuma siram tuh bocah, El. Lebay amat sih lo!"
El rasanya sangat marah saat Ica mengatakan, ia hanya menyiram. Astaga yang disiramkan itu mie, dan El yakin pasti masih sedikit panas.
"Lo gak tau apa-apa tentang dia. Dia sekarang gampang sak---" El tidak melanjutkan, tidak mungkin ia mengatakan bahwa Jingga sekarang mudah sakit karena penyakit yang dia derita. Sialan sekali, El menyisir rambut tebalnya kasar.
"Gue peringatin lo, jangan sampai lo gangguin Jingga lagi, apa lagi sampe berbuat di luar wajar. Gue bakal buat lo menyesal!"
Saat El kembali hendak berbicara, Tristan sudah lebih dulu menarik tangan cowok itu. Baru beberapa langkah, Ica bersuara, membuat langkah dua cowok itu terhenti.
"Jingga siapa lo sih, El? Segitunya banget lo, sampe bentak-bentak gue."
El tersenyum miring, kemudian berbalik badan menatap Ica. "Dia punya gue, dia cewek gue. Dan lo udah ganggu dia, lo sama aja udah usik gue."
Ica memalingkan wajah. "Kalo dia cewek lo, terus Tania?" Ica menunjuk keberadaan Tania yang berada di ujung kantin.
El menatap Tania, cowok itu mengangkat sebelah alisnya ke atas. "Dia bukan siapa-siapa gue," balas El dan langsung keluar dari kantin.
Tristan menatap Ica, dan menghampirinya. "Liat 'kan, separah apa El kalo udah marah? Gak usah ganggu sesuatu yang udah di klaim miliknya sama El."
Setelah mengatakan itu, Tristan menyusul langkah Elzaska. Saat berada di ambang pintu kantin cowok itu menghela napas. "Kalo memang El jadiin Jingga pacar hanya untuk pelampiasan, kenapa dia harus semarah itu saat Jingga dirundung. Sampe-sampe, El gak ngakuin Tania sebagai seseorang yang pernah hadir sebagai sosok yang spesial di hidupnya? Sialan." Dan Tristan melangkah pergi.
Lain dengan itu, Tania menghampiri Ica. "Ca, makasih ya. Lo udah ngaku kalo lo yang udah nyiram Jingga. Padahal 'kan yang lakuin itu, gue," ujar Tania seraya menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELZASKA
Teen FictionMalam merambat lambat, netra selegam jelaga itu kembali membuyarkan lamunan malam, seolah tak ingin pergi barang sedetikpun dari dalam ingatan. Manik gadis itu menatap langit yang penuh dengan konstelasi bintang yang nampak membentuk konfigurasi ber...