03 || Who is that Alhesa?

4.1K 338 90
                                    

BISA DIBACA ULANG DULU, KARENA HABIS AKU REVISI LAGI!


×-----------------------------------------×

Jingga turun dari ojek pangkalan. Ketika ojek itu sudah pergi dari halaman rumahnya, Jingga buru-buru masuk dan mengganti pakaiannya. Tidak mungkin 'kan ia terus memakai baju El yang ia pinjam, meskipun di double cardigan orange nya tapi tetap saja aneh, karena kebesaran.

Saat sudah selesai membersihkan diri, Jingga duduk di kursi belajarnya. Menenggelamkan wajah di balik lipatan tangan hingga ia terlelap sekejap.

Saat membuka matanya, Jingga menutup kedua telinganya saat suara dan perkataan kasar terdengar menusuk telinganya. Padahal suara itu berasal dari lantai bawah, dan dirinya berada di lantai dua, namun masih saja terdengar dan rasanya sangat menyakiti hatinya.

Langit malam ini nampak sangat gelap, angin bertiup kencang, menerbangkan tirai jendela yang masih terbuka lebar, hingga rasanya dingin menembus sampai ke tulang.

Dan untuk malam ini, tidak ada bintang ataupun rembulan yang menghiasi angkasa.

Ia bangkit, memutus pandangannya pada jendela kamar. Kaki jenjangnya melangkah menuju lantai bawah. Dengan mata sembab ia berjalan menuju suara gaduh itu.

Saat berada di tangga terakhir, Jingga tersenyum kecut, kembali mengusap air matanya yang tiba-tiba saja menetes.

Sesampainya dibawah, ia melihat keadaan rumah hancur dan berantakan. Bahkan ia melihat foto keluarga yang telah terpecah belah di lantai, membuat Jingga refleks berlari cepat menghampiri Ibunya yang tengah duduk di pojokan, dengan sekitaran yang dipenuhi pecahan kaca.

"Mah," panggil Jingga lirih, pada Ibunya yang sedang terdiam dengan berderai air mata. Saat hendak mendekat, Ibunya bersuara.

"Jangan dekati saya!" Peringat Ibunya membuat Jingga menghentikan langkah.

"Mah, Papah pulang, ya?"

Mama Jingga bangkit, menghampiri Jingga. Tanpa Jingga duga, dengan tiba-tiba Mamanya melempar fas bunga kaca kecil kepada Jingga.

Tarrr!

Fas bunga itu menghantam dengan keras, mendarat begitu mulus tepat di paha Jingga. Jingga diam, merasakan nyeri yang menjalar.

"Papah kamu selingkuh. Dan ini, gara-gara kamu, Jingga!"

Jingga terdiam, menunduk dalam untuk menyembunyikan wajahnya, sekaligus menahan rasa nyeri itu. Ia tak menjawab apapun. Ya, karena setiap kedua orang tuanya bertengkar, Mamanya selalu menyalahkan Jingga. Entah apa alasan yang pasti, Jingga juga tidak tau.

"Kenapa, Mah?" Dengan rasa sesak didada, Jingga bertanya. "Kenapa Mamah selalu nyalahin Jingga?" Lanjut Jingga.

"Asal kamu tahu, Jingga. Seandainya saya tidak melahirkan kamu, pasti saya masih cantik. Dan kemungkinan besar, papah kamu gak bakal selingkuh."

***

Elzaska rasanya kesal setengah mati saat cowok yang ia duga adalah dalang dari penyebab Toni masuk rumah sakit, mengejeknya. Cowok itu seolah-olah terus menyalahkannya.

El kesal saat lelaki itu mengiriminya pesan, berupa kalimat yang sangat membuatnya emosi.

Alhesa :
Bokap lo itu bangsat, El. Talak nyokap gue gitu aja. Dan lo, gak ush sok jadi korban, karena disini nyokap gue adalah korbanya.

ELZASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang