34 || Senja di sore itu

459 45 0
                                    

Hello mood, i hope u enjoy for reading my story. Happy reading!!!

***

Tiga hari berlalu begitu saja dengan cepat usai hari dimana Jingga bertemu dengan Alhesa. Bagi Jingga, ia tidak begitu mau mengurusi ucapan Alhesa lampau waktu, mau bagaimanapun masa lalu El, ia akan tetap menerima dengan lapang dada, selagi El tidak membuatnya kecewa.

Mengenai hubungan Jingga dan Elzaska juga semakin membaik, kedua remaja itu semakin saling menyayangi satu sama lain, bahkan Jingga sudah tidak begitu malu-malu kucing untuk memanggil El dengan 'Aku-kamu'.

Contohnya sore hari ini, El dan Jingga sedang motoran sore mengelilingi kota Bandung yang cukup ramai. Sepulang sekolah tadi, keduanya sempat membeli seblak Mbak Yeni, yang niatnya akan mereka makan di taman kecil pinggiran kota. Biasanya jam sore seperti ini tempat itu akan sedikit sepi.

Sepanjang perjalanan Jingga terus menyanyikan sebuah lagu dari Dare yang berjudul 'Kota'. Sesekali El menyahuti beberapa lirik rumpang yang Jingga suarakan.

Waktu semakin sore, matahari yang terlihat di ufuk barat perlahan tenggelam termakan langit malam yang merambat perlahan.

El melihat wajah Jingga dari kaca spion, kali ini ia mengendarai motor Astrea tua peninggalan kakeknya dulu yang sudah ia modifikasi, tangan kirinya yang bebas meraih tangan kiri Jingga lalu mengusapnya penuh kasih sayang. Jingga selalu merasa aman saat bersama El, ia menyandarkan kepalanya yang tidak memakai helm pada pundak El, menikmati senja yang semakin indah.

Mereka sudah sampai di taman tujuan mereka, Jingga turun dari atas motor milik El. Jingga mendengus sebal saat merasakan pinggangnya encok karena terlalu lama duduk dan menggendong tas sekolahnya yang berat.

El yang peka pun segera mengambil alih tas milik Jingga, dan El tersenyum jahil pada gadisnya. "Kasian banget bebek aku, udah badannya kecil bawa tas nya besar banget, pasti pegel ya?"

"Pegel lah! Gak dari tadi ih, pinggang gue uda encok," jawab Jingga dengan kesal seraya mengerucutkan bibirnya.

El tertawa lepas, ia gemas sekali pada Jingga hingga rasanya ingin sekali ia menculik gadis itu dan membawanya pulang.

"Haha, kamu makin cantik Ay kalo ngambek gitu."

Jingga yang sedang kesal, dibuat semakin kesal dengan gombalan pasaran para buaya. 🐊🐊🐊 yaaaa, bagi Jingga, El adalah salah satu spesies buaya.

"Modus lo jelek!" Balas Jingga kesal, entah mengapa ketika bersama El ia selalu merasa emosional namun ia juga merasa aman.

Jingga lantas beranjak meninggalkan El yang sedang mengambil seblak di motornya, ke tempat duduk yang kosong. Manik hazel gadis itu bergerilya menatap senja yang sangat indah, kemudian ia menengok El yang baru saja ikut duduk disebelahnya.

"El, kenapa lo ajak gue ke tempat ini? Dan lo kok tau tempat seindah ini sih?"

"Sebenernya sih gue gamau nunjukin kamu tempat seindah ini."

"Oh, jadi lo terpaksa ya ngajakin gue kesini?"

"Hm, iya. Terpaksa banget!"

"Oke fine, gue bisa balik sendiri sekarang juga." Jingga balik badan memunggungi Elzaska dengan perasaan kesal.

El berdehem kemudian bersuara, "yakin nih mau pulang disaat senja lagi bagus-bagusnya?"

"Y-ya nanti gue baliknya kalo udah turun senjanya," balas Jingga dengan nada sarkas namun tetap saja terdengar menggemaskan bagi El.

El tersenyum lebar tanpa Jingga ketahui, kemudian cowok itu menepuk pundak Jingga pelan. "Yang, hadap aku sini."

"Gamau, gue lebih suka liat senja dari pada elo."

ELZASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang