Haiii, sorry banyak typo. Jangan lupa vote and spam comment. Happy reading for all ♡
Jingga berdecak saat mengetahui dirinya pagi-pagi ini di culik oleh Elzaska dan di bawa ke rumah sakit. Ia merotasikan matanya melihat sekeliling, dan berakhir menghembuskan napas lelah. Sebab ia ingin kabur saja tapi tidak bisa karena yang sedang bersamanya ini adalah Elzaska keras kepala.
"Lo nyulik gue, bawa ke mall, gramed atau Kafe gitu kek. Nyulik di bawa ke RS. Males gue," kesal Jingga membuat senyum El mengembang.
"Biar kamu sehat sayang. 'Kan nanti mau bangun rumah tangga sama aku," ujar El dengan nada lembut sekali seraya terus menggandeng tangan Jingga. Setelah mendaftar dan ambil nomor antrian, keduanya berjalan beriringan seraya bergenggam tangan di sepanjang koridor rumah sakit. Dapat El rasakan dengan jelas, jika tangan Jingga dingin menandakan ia gugup.
"Btw, gue bingung deh kok lo mau sih jadi pacar gue?" Ujar El tiba-tiba, refleks Jingga menghentikan langkahnya dan menatap El. "Karna lo paksa lah."
El mengembangkan semyumnya, "karna gue ganteng juga 'kan?"
"Berapa kali sih gue bilang kalo lo itu jelek, kaya om-om!"
"Gengsian banget, tinggal bilang aja gue ganteng."
"Pede banget sih lo!" Balas Jingga garang dengan muka jutek sejak lahirnya. El terkekeh. "Pacar gue gampang marah, ya."
Jingga memalingkan wajahnya. "Lo ngeselin mulu sih, males gue sama lo."
"Tapi gue ngangenin 'kan?" Ucap El lagi dengan raut yang lebih menyebalkan, seraya mengangkat-angkat kedua alisnya.
"Ih lo ngeselinnn!"
"Haha, kalo gue gak ngangenin, gak mungkin 'kan lo bela-belain nyariin gue sambil teriak-teriak waktu itu di lapangan futsal. Mana cuma pake daster lo nya."
Jingga melotot mendengar itu. Sialan, mengapa El harus mengungkit masalah memalukan ini. Jingga harus stay pasang muka garangnya, meski sebenarnya ia malu parah.
"L-lo kok makin hari makin ngeselin sih, El?" El hanya tertawa membuat Jingga kesal setengah mati, dan memilih berjalan lebih dulu melewati cowok itu.
"Sayang, jangan jauh-jauh dari aku. Nanti kamu kangen."
"SERAH!" Balas Jingga lantang dengan mengangkat jari tengahnya yang ia tunjukan untuk Elzaska. El menggelengkan kepalanya dan mulai berjalan menyusul langkah Jingga. Cowok itu lebih dulu duduk sedetik sebelum Jingga akan menduduki satu-satunya kursi yang tersedia di depan ruangan. Membuat Jingga berdecak kesal dengan tingkah El yang selalu menyebalkan.
"El mau duduk, capek gue."
"Ya udah tinggal duduk aja."
Jingga menganga lalu berfikir. Duduk aja? Kursi disini hanya ada satu dan itu pun di duduki oleh El. Lalu dirinya harus duduk dimana? Di ... pangkuan Elzaska gitu? Gak-gak, kelihatan banget modusnya nih cowok.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELZASKA
Teen FictionMalam merambat lambat, netra selegam jelaga itu kembali membuyarkan lamunan malam, seolah tak ingin pergi barang sedetikpun dari dalam ingatan. Manik gadis itu menatap langit yang penuh dengan konstelasi bintang yang nampak membentuk konfigurasi ber...