Jingga tersenyum senang saat mendapati si Oyen sudah berada di halaman rumahnya. Sepeda berwarna orange kesayangannya itu tengah terparkir dengan indahnya disana. Kata Bi Ijah sih, semalam ada dua lelaki datang dengan membawa sepedanya. Mungkin itu Kenan dan Zallen.
Jingga lantas buru-buru menaikinya, mengayuhnya dengan santai menuju sekolah.
Seperti biasanya, Jingga selalu datang pas sekali saat bel masuk akan berbunyi.
Saat tiba di parkiran sekolah, betapa terkejutnya Jingga saat melihat seorang gadis yang berjalan cepat menyusul langkah Elzaska. Dan El, nampak menatap gadis itu datar. Ya, hati Jingga seolah tertusuk belati. Terdengar berlebihan, karena El pun tak merespon gadis itu sama sekali, namun memang terasa sangat sakit.
Entah mengapa jantungnya berpacu begitu cepat saat melihat dua orang di depannya. Mungkinkah ia cemburu? Tidak, Jingga tidak boleh cemburu, karena El menjadikannya kekasih hanya karna rasa bersalah.
"Genit banget sih tu cewek," kata Jingga lirih dengan berdecak sebal.
Betapa terkejutnya Jingga saat seseorang berdiri disampingnya dengan berdehem pelan, dia Kenan. Dengan almamater SMA Lesmana yang melekat, cowok itu tersenyum simpul menatap Jingga.
"Lo cemburu?"
"E-enggak, buat apa gue cemburu."
"Gak usah cemburu, Jingga. Dia hanya masa lalu El, dan lo adalah masa depannya," kata Kenan dengan nada datar, membuat Jingga mengernyit heran.
"Maksudnya kak?"
"Dia cewek gak bener," kata Kenan lagi. Ah, benar-benar membuat Jingga bingung.
Jingga menatap wajah Kenan lekat, dengan raut yang sangat ingin tahu. Kenan yang sadar pun mengacak rambut Jingga pelan.
"Dia siapanya El?"
"Lebih detail nya lo bisa tanya ke El sendiri. Gue gak ada hak apa-apa buat jelasin."
"Btw, gue ke kelas dulu, ya? Ada tugas yang belum gue kerjain," ucap Kenan. Lelaki itu memasukan kedua tangannya di saku almamater. Setelah mendapat anggukan kepala dari Jingga, lantas Kenan berlalu.
Jingga berdecak sebal, saat melihat dua orang itu masih saja mengobrol dengan raut yang serius. Apa sih sebenarnya topik yang mereka berdua sedang bicarakan? Menyebalkan memang, apa El tidak tau jika ia sangat cemburu, dan rasanya Jingga ingin sekali menjitak keras kepala cewek genit itu.
Astaga, apa Jingga sudah sangat mencintai El. Dasar bodoh.
Saking kesalnya, Jingga menghentakan kakinya keras-keras. Namun sial sekali, ia menginjak botol plastik, membuat suara gaduh disana. Dan El pun melirik ke arah Jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELZASKA
Teen FictionMalam merambat lambat, netra selegam jelaga itu kembali membuyarkan lamunan malam, seolah tak ingin pergi barang sedetikpun dari dalam ingatan. Manik gadis itu menatap langit yang penuh dengan konstelasi bintang yang nampak membentuk konfigurasi ber...