Cha Young benar-benar tidak mengerti kenapa hari ini ia sial sekali. Mungkin begitu sampai di rumah ia harus cepat-cepat mandi kembang tujuh warna seperti yang pernah diajarkan ibunya, apa pun untuk mengguyur hingga tak bersisa segala kesialan. Sekarang ia berdiri di depan pintu rumah besar berwarna putih. Pria yang katanya bernama Park Hyun-Shik menyuruhnya kemari untuk mengambil ponselnya yang tertukar. Cha Young jengkel. Kenapa ia yang harus datang, bukankah orang itu yang duluan mengambil ponsel yang salah? Ia bahkan sampai harus meminjam uang dari bibi pemilik toko supaya bisa naik bus, ditambah harus berjalan kaki untuk sampai di kawasan perumahan elite ini.
Cha Young kembali menghembuskan napas. Sudahlah, tidak apa-apa. Hal terpenting sekarang adalah mendapatkan ponselnya kembali. Setelah ini ia bakal bisa bergegas pulang. Hari sudah semakin larut dan ia sudah menguap empat kali dalam lima belas menit terakhir.
Pintu terbuka dan Cha Young mengenali wajah pria yang membuka pintu itu. Ia pria yang ada di toko tadi. Walaupun agak sulit, Cha Young memaksakan seulas senyum sopan. Pipinya terasa agak kaku, tapi ia berharap senyumnya terlihat normal.
"Apa kabar? Saya Hong Cha Young yang tadi menelepon. Saya ingin mengembalikan ponsel Anda. Ini." Cha Young mengulurkan tangannya yang memegang ponsel.
"Oh, terima kasih banyak," kata pria itu ramah. "Saya benar-benar minta maaf karena sudah merepotkan. Silakan masuk. Ponsel Anda ada di dalam."
Sebenarnya Cha Young tahu ia tidak boleh masuk ke rumah pria yang tidak ia kenal, apalagi pada jam selarut ini. Tapi otaknya sudah tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya dan ia hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah supaya bisa pulang ke rumah dan tidur. Lagi pula pria itu kelihatannya sangat baik.
Cha Young melangkah masuk dan membiarkan dirinya dibawa ke ruang duduk luas dengan perabotan mewah. Di sofa panjang yang mendominasi ruang tamu itu duduk laki-laki yang sedang berbicara di telepon. Wajahnya tampan, potongan rambutnya bagus dan rapi. Ia merasa pernah melihat laki-laki itu. Tapi di mana ya?
"Mungkin Anda salah sambung," Cha Young mendengar pria itu berkata di ponselnya. "Tidak ada yang namanya Hong Cha Young atau Cha Young di sini."
Cha Young menatap Park Hyun-Shik dengan pandangan bertanya sambil menunjuk ke arah ponsel yang sedang dipegang laki-laki tampan di sofa itu.
"Ya, itu ponsel Anda," kata Park Hyun-Shik sambil tersenyum kecil.
Laki-laki yang duduk di sofa masih sibuk sendiri, tidak menyadari kedatangan Cha Young . Keningnya tampak berkerut sebal. Ia berkata dengan nada agak marah. "Maaf, Lee Taeyong ssi, saya benar-benar tidak mengenal Anda. Saya juga tidak kenal Hong Cha Young. Bagaimana saya bisa meminta dia menjawab telepon? Anda salah sambung."
Selesai berkata seperti itu, laki-laki itu menutup flap ponselnya dengan keras. "Orang aneh," ia menggerutu sendiri.
"Hei...," Cha Young mendengar Park Hyun-Shik memanggil laki-laki itu. "Ponsel itu milik nona ini."
Laki-laki di sofa itu berpaling ke arah Park Hyun-Shik, lalu ke arah Cha Young . Ketika mata mereka bertemu, Cha Young baru sadar siapa laki-laki itu.
Vincenzo Cassano agak bingung mendengar penjelasan Park Hyun-Shik. Pandangannya berpindah-pindah dari sang manajer ke gadis yang berdiri di hadapannya, lalu kembali ke manajernya lagi. Secara sekilas, ia mengamati orang asing yang sekarang ada di ruang tamunya itu: gadis bertubuh indah dengan rambut dikucir dan tangan menjinjing kantong plastik besar serta tas tangan. Raut wajahnya terlihat lelah, dan pucat. Gadis itu diam tak bersuara sementara Park Hyun-Shik menjelaskan apa yang sudah terjadi.
"Oh, jadi ini ponsel Anda?" tanya Vincenzo sambil bangkit dari sofa. Ia mengulurkan ponsel yang sedang dipegangnya. "Itu... tadi—siapa namanya, maaf, saya lupa—menelepon mencari Hong Cha Young. Gadis itu tersenyum samar dan menjawab, "itu nama saya."