Jadi kamu pasti kembali hari ini?" tanya Wendy dengan ponsel yang ditempelkan di telinga. Ia mengucapkan terima kasih kepada pelayan toko yang menyerahkan barang belanjaannya dan kembali memusatkan perhatian pada Cha Young yang sedang berbicara di ujung sana.
"Mm," jawab Cha Young . Suaranya kurang jelas karena sambungan internasional. "Sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang. Dua jam lagi aku akan berangkat lagi ke bandara. Pesawatku berangkat tengah malam, jadi menurut jadwal aku akan sampai besok pagi."
Wendy mendorong pintu kaca toko dan keluar. "Oke. Aku akan menjemputmu di bandara nanti."
"Tidak usah. Aku bisa naik taksi sendiri. Bukankah kau harus membantu ibumu?"
"Biasanya tidak ada pelanggan yang datang pada jam-jam segitu," bantah Wendy
"Vincenzo sedang di Amerika Serikat, jadi tidak bisa pergi menjemputmu."
"Aku tahu. Dia pulang hari ini juga, tapi mungkin sampai di Seoul agak malam besok."
Wendy meringis. "Rupanya kau masih berhubungan dengan dia. Memangnya ibumu tidak marah-marah?"
Wendy mendengar temannya tertawa kecil di seberang sana, lalu Cha Young berkata, "Tidak, sebenarnya ibuku tidak benar-benar marah. Ibuku hanya sedih karena teringat lagi pada Jessica . Ibuku juga kesal karena kedua anak perempuannya menjadi bahan pembicaraan di Korea. Tapi sekarang gosipnya sudah mereda, kan?"
Wendy mengangguk, walaupun ia tahu Cha Young tidak bisa melihat anggukan kepalanya. "Ya, Vincenzo sudah menyelesaikannya. Entah bagaimana. Setidaknya sekarang dia memang sibuk sekali."
"Oh, begit—AHH!"
Wendy berhenti berjalan. Ia mengerutkan kening. "Halo? Halo? Cha Young?"
Tidak ada jawaban. Sambungan telepon sudah terputus. Wendy menatap ponselnya, lalu menelepon ponsel Cha Young . Tidak bisa. Wendy mencoba sekali lagi. Tetap tidak bisa.
Awalnya Wendy tidak begitu merisaukan hubungan telepon yang terputus, tapi ketika tidak bisa menemukan Cha Young di bandara waktu ia menjemput keesokan harinya, ia mulai cemas. Ia kembali berusaha menghubungi ponsel Cha Young , tapi tetap tidak bisa tersambung.
Wendy kebingungan. Ia tidak tahu nomor telepon rumah Cha Young di Jakarta. Ia harus menghubungi siapa? Tiba-tiba ia teringat pada WA yang diterimanya dari Cha Young dengan menggunakan ponsel saudara sepupunya. Wendy memeriksa ponselnya. Semoga saja WA dari nomor ponsel sepupu Cha Young itu masih ada.
Ah, ternyata belum dihapus. Syukurlah.
Wendy cepat-cepat menghubungi nomor itu dan menunggu dengan tidak sabar. "Halo?" Terdengar jawaban dari seberang sana. Suara perempuan. Saudara sepupu Cha Young atau bukan? Sepertinya memang benar.
Wendy berusaha menyusun kata-kata dalam bahasa Inggris secara kilat. "Hello," katanya ragu-ragu. "Is this Cha Young‟s cousin?"
"Yes," jawab perempuan itu. Suaranya terdengar aneh. "This is Reba . Who‟s speaking?"
Untunglah sepupu Cha Young bisa berbahasa Inggris dengan lancar. "My name is Kang Wendy . Cha Young‟s friend from Korea," kata Wendy memperkenalkan diri. "I need to ask you something. Cha Young told me that she would arrive in Korea today,b ut I couldn‟t find her at the airport. She couldn‟t make it?"
Begitu mendengar jawaban sepupu Cha Young , mata Wendy terbelalak. "Apa?! I‟m sorry... what was that? Can you say that again, please?"
Wendy merasa tubuhnya lemas seketika. Begitu memutuskan hubungan, ia langsung menghubungi Vincenzo melalui ponsel Hyun-Shik karena ia tidak punya nomor ponsel Vincenzo. Tidak tersambung. Mungkin Hyun-Shik dan Vincenzo sedan berada dalam pesawat yang membawa mereka pulang ke Korea dari Amerika Serikat.