Cha Young menutup pintu apartemen dan menarik napas panjang. Ia melemparkan tasnya ke kursi lalu duduk di lantai. Kenapa bisa begini? Acara makan siang yang menyenangkan berubah menjadi kekacauan. Cha Young tidak bisa menggambarkan perasaannya ketika ia keluar dari restoran dan tiba-tiba berhadapan dengan segerombolan wartawan yang tidak henti- hentinya menjepretkan kamera, meneriakkan namanya, dan mengajukan pertanyaan- pertanyaan. Seakan kejadian yang dialaminya tadi tidak nyata, seperti mimpi.
Apa yang harus ia lakukan? Apa yang sudah ia lakukan?
Mungkin sejak awal seharusnya ia tidak terlibat dengan Vincenzo. Namanya kini sudah tersebar dan mungkin besok wajahnya akan terpampang jelas di tabloid- tabloid. Sebenarnya hanya satu hal yang mencemaskannya, yaitu reaksi orangtuanya. Bagaimana ia harus menjelaskan semua ini kepada orangtuanya?
Cha Young meraih tas dan mengeluarkan ponsel. Baterai ponsel itu masih belum dipasang. Ia menatap ponselnya. Apakah ia harus menelepon orangtuanya? Kalau orangtuanya tahu, mereka pasti tidak akan tinggal diam, apalagi ibunya. Meski ia menjelaskan bahwa semua itu tidak benar dan sesungguhnya ia sama sekali tidak punya hubungan apa pun dengan Vincenzo, ia yakin keadaannya tidak akan berbeda.
Vincenzo Cassano. Pikiran Cha Young kembali melayang ke saat ia berada dalam pelukan laki-laki itu. Ketika Park Vincenzo memeluknya, waktu seakan berhenti berputar. Ketika Vincenzo mengatakan semuanya akan baik-baik saja, ia benar-benar percaya. Ketika Vincenzo melepaskan pelukannya, keyakinan diri itu hilang lagi. Kenapa begini?
Vincenzo. Cha Young tidak sepenunya jujur pada laki-laki itu. Apakah ini adil baignya? Cha Young bangkit dan menghampiri lemari kecil di samping televisi. Ia membuka lemari itu dan mengeluarkan kantong ungu kecil yang terbuat dari kain beludru. Ia membuka ikatan kantong itu, merogohnya dan mengeluarkan bros berbentuk hati berwarna merah mengilat dengan pinggiran keemasan. Cha Young menatap bros di telapak tangannya itu sambil berpikir. Sejak awal ia seharusnya tidak boleh terlibat dengan Park Vincenzo. Andai saja ia menolak...
Tapi saat itu ia benar-benar ingin tahu.
Apakah sekarang ia sudah mendapatkan jawaban?
Bel pintu berbunyi, menarik pikiran Cha Young kembali ke alam sadar. Cha Young berjalan tanpa suara ke pintu dan mengintip dari lubang kecil di pintunya. Ia melihat wajah Lee Taeyong. Lagi-lagi dia. Cha Young tidak ingin bicara dengannya, terlebih lagi saat ini.
Lee Taeyong mengetuk pintu dan berkata, "Cha Young, buka pintunya. Aku tahu kau ada di dalam."
Cha Young mengerutkan kening. Ia tetap tidak bergerak dari balik pintu.
"Kita harus bicara, Cha Young," kata Lee Taeyong lagi. "Aku akan terus menunggu di sini sampai kau mau membuka pintu."
Cha Young mendengus pelan. Terserah saja, katanya dalam hati. Kau mau menunggu sampai besok? Silakan. Ia membalikkan tubuh dan berjalan ke tempat tidur.
*
Jam dinding menunjukkan pukul 00:52 ketika Vincenzo tiba di rumah. Ia melemparkan kunci mobil ke meja dan mengempaskan tubuh ke sofa. Ia mengusap wajahnya dan melepaskan jaket. Hari ini benar-benar melelahkan. Setelah mengantar Cha Young pulang siang tadi, ia dan Park Hyun-Shik langsung mengantar ibunya ke bandara. Setelah itu Vincenzo kembali disibukkan dengan jadwal kerjanya yang padat. Tentu saja sepanjang hari itu ia terus dikejar-kejar wartawan yang tidak henti-hentinya bertanya tentang Cha Young , tapi Park Hyun-Shik menyuruhnya tidak berkomentar dulu. Mereka harus membicarakan langkah selanjutnya dengan Cha Young .
Sejak sore tadi Vincenzo ingin menelepon Cha Young . Ia ingin tahu apakah gadis itu baik-baik saja, tapi ia tidak punya waktu. Sekarang ia mengeluarkan ponsel dari saku dan membuka flap-nya. Apakah sekarang sudah terlalu malam untuk menelepon?