Sunshine in New York (21)

51 0 126
                                    

Sehun baru sudah berlalu dan selama seminggu setelah itu Sa-Ya mendapati dirinya disibukkan oleh Shawn dan persiapan konsernya yang dulu sempat tertunda. Karena tangan Sa-Ya sudah sembuh total, Shawn tidak membuang-buang waktu dan langsung bekerja.

Sa-Ya tahu Sorin sudah kembali ke New York, tetapi karena kesibukannya Sa-Ya belum sempat bertemu gadis itu. Sa-Ya hanya sempat meneleponnya beberapa kali untuk menanyakan keadaan gadis itu, walaupun begitu mereka tidak bisa bicara lama-lama karena Sa-Ya harus kembali bekerja dan Sorin... Sorin juga sepertinya sibuk.

Sebenarnya setiap kali Sa-Ya bertanya apa yang sedang dilakukannya, Sorin hanya menjawab, "Tidak ada yang penting." Awalnya Sa-Ya tidak terlalu memikirkannya, tetapi sekarang kalau dipikir-pikir lebih saksama, gadis itu memang terkesan sibuk. Kadang-kadang ia tidak menjawab teleponnya. Kadang-kadang Sorin terkesan tidak bisa bicara lama-lama dan ingin segera menutup telepon.

Kening Sa-Ya berkerut sementara ia mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja kerja di kantor produsernya yang katanya ingin membalas beberapa hal dengan mereka, tetapi mereka sudah menunggu selama tujuh menit dan produsernya masih belum muncul.Sa-Ya tahu ia tidak akan bisa berkonsentrasi pada pekerjaan kalau Sorin Clark masih menghantui pikirannya. Ia tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ia merasa gadis itu menyembunyikan sesuatu. Ada yang aneh di sini. Dan ia bertekad mencari tahu. Karena itu ia harus menemui Sorin sekarang.

"Shawn, aku pergi dulu," kata Sa-Ya sambil berdiri dari kursi dan menyambar jaketnya.

"Woah, Sa-Ya, tunggu dulu. Kau mau ke mana?" tanya Shawn kaget. "Pertemuan akan segera dimulai dan kau mau pergi begitu saja? Alasan apa yang harus kuberikan kepada produsermu?"

"Shawn, aku percaya padamu," kata Sa-Ya sambil mengenakan jaketnya dan tersenyum kepada manajernya. "Tidak ada masalah yang tidak bisa kau atasi. Itu moto hidupmu, bukan? Dan soal alasan, aku yakin kau bisa memikirkan sesuatu. Kuserahkan semua masalah pekerjaan padamu. Dan sekarang aku harus menemui seseorang dan menyelesaikan sesuatu."

Shawn mendesah berat, namun ia tersenyum. "Ini tentang Sorin Clark, bukan? Sudah kubilang, Sa-Ya, gadis itu membuatmu bertekuk lutut."

Sa-Ya memutar bola matanya, tetapi tidak berkomentar. Ia berderap ke arah pintu kantor dan membukanya dengan satu sentakan cepat. Sebelum keluar, ia menoleh kembali kepada Shawn dan berkata, "Terima kasih, Shawn. Aku berutang padamu."

Shawn tertawa dan mengibaskan tangannya. "Oh ya, utangmu padaku sudah setinggi Gunung Rushmore sekarang. Jangan khawatir. Akan kutagih suatu hari nanti."

****

Gadis itu tidak menjawab telepon Sa-Ya menutup ponselnya dan mengarahkan mobilnya ke studio tari tempat Sorin mengajar. Mungkin gadis itu sedang mengajar dan tidak bisa menjawab telepon.

Tetapi Sorin tidak ada di studio tarinya. Setidaknya itulah yang dikatakan wanita setengah baya dan berkacamata di balik meja resepsionis. Lalu ada di mana Sorin Clark sekarang? Astaga, Sa-Ya tidak akan senewen seperti ini kalau gadis ini menjawab ponselnya.

Saat itu seorang gadis berambut merah berjalan melewati meja resepsionis dan berkata pada si wanita berkacamata, "Agnes, aku pergi makan siang dulu, ya? Kau mau kubelikan sesuatu?"

"Tidak usah, Lisa. Terima kasih," sahut wanita yang dipanggil Agnes.

Sa-Ya baru hendak berbalik dan keluar dari gedung ketika ia mendengar seseorang memanggilnya dan bertanya, "Kau Sa-Ya, bukan?"

Sa-Ya berbalik dan menatap yang dipanggil Lisa oleh si resepsionis. Gadis itu terlihat tidak asing, pikir Sa-Ya. Ah, benar juga. Bukankah ia teman Sorin?

"Ya, dan kau Lisa, teman Clark —maksudku Sorin," sahut Sa-Ya.

Gadis berambut indah itu tersenyum. "Aku senang kau masih ingat padaku. Kau datang ke sini mencari Sorin?"

Season Of LoveWhere stories live. Discover now