Sunshine in New York (14)

38 0 121
                                    

Mata hitam yang menatap Sa-Ya melebar sedikit, lalu kecemasan yang sempat berkelebat di sana sedetik lalu menghilang. "Oh, Sehun ?"

"Ya, siapa Sehun ?" tanya Sa-Ya sekali lagi.

"Salah seorang penari utama Dee Black Dance Company dan teman yang sangat baik," sahut Sorin. Pandangannya menerawang dan seulas senyum samar tersungging di bibirnya. "Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Aku jadi ingin tahu bagaimana kabarnya sekarang."

"Kalian tidak berhubungan setelah kau mengundurkan diri?" tanya Sa-Ya.

Sorin menggeleng dan tersenyum menyesal. "Mereka berbasis di Sorinmi, Florida, sedangkan aku kembali ke New York setelah mengundurkan diri. Kurasa kami hanya terlalu sibuk dengan kegiatan masing-masing."

Sa-Ya menatap Sorin yang sepertinya masih melamunkan masa lalunya. Ia tidak ingin bertanya, tetapi ia harus tahu. "Kau yakin hanya teman baik?" tanya Sa-Ya dengan nada yang diusahakan terdengar ringan. "Sepertinya hubungan kalian lebih dari itu."

Sorin tertawa kecil dan menatap Sa-Ya. "Kau benar," akunya. Dan Sa-Ya merasa perutnya menegang. "Dulu aku memang menyukainya. Bagaimana tidak? Sehun laki-laki yang menarik, berbakat, baik, dan penuh perhatian. Seandainya aku tidak mengundurkan diri, kurasa kami pasti sudah bersama."

Terlalu banyak informasi, gerutu Sa-Ya dalam hati. Terlalu banyak informasi yang tidak ingin kudengar. Jadi Sorin pernah menyukai laki-laki bernama Sehun itu. Gagasan itu membuat Sa-Ya gelisah. Apakah perasaan itu masih bertahan sampai sekarang?

"Kau sangat percaya diri," gumam Sa-Ya sambil memberengut.

"Kenapa kau yakin kalian pasti akan bersama kalau kau tidak mengundurkan diri. Kau yakin dia juga memiliki perasaan yang sama padamu?"

Sorin terdiam, menarik napas sejenak, lalu berkata pelan, "Dia pernah menyatakan perasaannya padaku. Tepat setelah aku memutuskan mengundurkan diri."

Lagi-lagi informasi yang tidak ingin Sa-Ya dengar. Sorin dan laki-laki itu saling menyukai. Hebat. Sa-Ya mengertakkan rahang dan bertanya, "Tapi kenapa kau mengundurkan diri?"

"Itu... " Sorin mendongak dan tersenyum samar kepada Sa-Ya.

"Ceritanya panjang. Akan kuceritakan lain kali."

Sebelum Sa-Ya sempat berbicara, lagu itu berakhir dan orang- orang bertepuk tangan. Sorin menurunkan kedua tangannya dan mundur selangkah, memberi jarak di antara mereka. Ini memang gila, tetapi Sa-Ya merasa kehilangan. Berusaha menutupi perasaannya yang aneh, Sa-Ya bertanya, "Mau minum lagi?"

"Tentu," sahut Sorin ringan.

Namun sebelum mereka sempat meninggalkan lantai dansa, seseorang memanggil nama Sorin dan mereka serentak menoleh. Seorang pemuda jangkung, ramping, dan berambut gelap berhenti melangkah di hadapan Sorin dan tersenyum lebar kepadanya.

"Ketika Scarlett memberitahuku kau ada di sini, aku hampir tidak percaya. Tapi kau benar-benar ada di sini," kata laki-laki itu pelan. Mata hijaunya menatap Sorin yang saat itu terlihat mematung. Perlahan-lahan sudut-sudut bibir laki-laki itu tertarik ke atas, membentuk seulas senyum yang sangat menawan. "Halo, Sorin. Kau tidak mau menyapaku?"

Sorin mengerjap sekali, "Sehun ," bisiknya pelan, tetapi Sa-Ya mendengarnya. Sedetik kemudian Sorin sudah melemparkan diri ke arah si laki-laki berambut gelap dan melingkarkan kedua lengannya di leher laki-laki itu. Apa-apaan...? Dengan susah payah Sa-Ya menahan desakan untuk menarik Sorin dari laki-laki itu. Apalagi ketika laki-laki itu mengangkat kedua lengannya dan balas memeluk Sorin dengan erat.

"Sehun ," gumam Sorin sambil tersenyum lebar, masih memeluk laki-laki itu. "Sehun , Sehun , Sehun ."

Sehun tertawa lirih. "Aku juga senang melihatmu lagi, Sorin." Tepat ketika Sa-Ya merasa tidak bisa menahan diri lebih lama lagi, Sorin melepaskan pelukannya dan menatap Sehun dengan mata berbinar-binar.

Season Of LoveWhere stories live. Discover now