"Cha Young -ssi, sebaiknya pinggiran topimu diturunkan sedikit lagi. Wajahmu harus tertutup," perintah Park Hyun-Shik.
Cha Young bergumam tidak jelas, menyerahkan ponsel yang dipegangnya kepada Vincenzo Cassano, lalu menarik turun topi merahnya. "Kalau begini aku sendiri tidak bisa melihat apa-apa," desahnya. "Paman sebenarnya ada di mana? Dia sedang meneropong kita atau semacamnya?"
Ia dan Vincenzo sedang berada di dalam mobil Vincenzo yang diparkir di lapangan parkir depan gedung tempat Park Hyun-Shik bekerja. Saat itu pukul sepuluh malam dan suasana di tempat parkir sepi sekali. Vincenzo yang mengenakan topi hitam dan kacamata hitam duduk di balik kemudi, Cha Young duduk di sampingnya, sementara Park Hyun-Shik mengawasi mereka entah dari mana. Semua komunikasi dilakukan lewat ponsel. Mereka sudah siap menjalankan tahap pertama rencana.
Vincenzo Cassano menempelkan ponsel ke telinga dan berkata, "Sudah bisa dimulai."
Ia menutup ponsel dan memandang Cha Young yang sedang merapikan kepang rambutnya.
"Sekitar semenit lagi kita keluar," katanya pendek.
"Jadi kita hanya perlu keluar dari mobil, bergaya sebentar, lalu masuk kembali ke mobil?" tanya Cha Young memastikan.
Vincenzo mengangguk. Ia diam, lalu, "Nah, sepertinya Hyung sudah siap dengan kameranya. Kita keluar sekarang."
Mereka berdua keluar dari mobil dan mulai berjalan berdampingan. "Kenapa jauh begitu?" tanya Vincenzo. Cha Young menoleh dan menyadari Vincenzo sedang mengomentari jarak antara mereka berdua yang terlalu jauh. "Kenapa? Kurasa ini sudah cukup dekat."
"Orang-orang tidak akan percaya aku punya hubungan khusus denganmu kalau kau berdiri sejauh itu."
Cha Young berhenti berjalan dan memutar tubuh menghadap Vincenzo. "Menurutku seperti ini juga sudah lumayan. Kita tidak perlu sampai berpelukan supaya orang percaya kita punya hubungan khusus, kan?"
Vincenzo Cassano tertawa pendek. "Apanya yang lumayan? Tubuhmu kaku begitu dan jalanmu seperti robot." Cha Young tetap diam.
Vincenzo balas menatapnya, lalu berkata, "Kita harus melakukan sesuatu." Cha Young terkejut ketika Vincenzo melangkah mendekati dirinya. "Mau apa kau?" tanyanya, tapi saking gugupnya ia tidak bisa bergerak dari tempatnya berdiri.
Vincenzo berdiri tepat di depannya.
"Hei, Vincenzo ssi, kau sebenarnya mau apa?" tanya Cha Young sekali lagi ketika setelah beberapa saat Jung Vincenzo hanya berdiri diam tanpa melakukan apa-apa. Ia tidak bisa melihat ekspresi Jung Vincenzo dengan jelas karena laki-laki itu memakai kacamata hitam, tapi Cha Young bisa melihat bibir pria itu membentuk seulas senyum.
"Aku? Hanya memberikan pose yang bagus untuk foto kita," katanya santai, lalu ia mundur kembali.
Cha Young mendengus pelan. "Lucu sekali."
"Misi selesai," kata Cha Young ketika mereka sudah duduk kembali di dalam mobil. "Hhhh... lelahnya. Benar-benar pekerjaan yang berat."
Vincenzo tersenyum kecil mendengar gurauan Cha Young . Ternyata gadis ini bisa bercanda juga. Vincenzo yakin sebenarnya Cha Young orang yang ramah, meski saat ini gadis itu lebih sering bersikap kaku dan menjaga jarak, bahkan terkadang cenderung dingin. Bagaimanapun hal itu wajar saja mengingat mereka tidak terlalu saling mengenal.
"Aku merasa seperti sedang main film," Cha Young menambahkan. "Mungkin seharusnya aku jadi aktris saja. Bagaimana menurutmu?"
"Teruslah bermimpi," sahut Vincenzo sambil menghidupkan mesin mobil. Saat itu terdengar dering ponsel. Mereka berdua serentak mencari ponsel mereka. Yang berdering ternyata ponsel Vincenzo.