"Beruntung sekali kita bisa dapat tiket ini. Tempat duduk kita di barisan paling depan, lagi! Kau tahu tidak, tiketnya sudah habis terjual dalam setengah jam! Tapi kurasa itu bukan berita aneh. Sudah empat tahun Park Vincenzo tidak mengeluarkan album, makanya aku yakin albumnya kali ini pasti hebat," kata Wendy sambil mencium tiket masuk acara jumpa penggemar Park Vincenzo. "Apakah aku harus menelepon Mister Kim dan mengucapkan terima kasih?"
"Ah, tidak usah. Aku sudah berterima kasih padanya," sahut Cha Young cepat-cepat. Park Hyun-Shik memenuhi janjinya dan memberikan dua lembar tiket kepada Cha Young . Tentu saja Cha Young langsung mengajak Kang Wendy dan karenanya ia harus mengarang cerita tentang asal-usul tiket itu. Ia berkata pada Wendy bahwa Mister Kim yang menghadiahkan tiket itu untuknya karena sudah menyelesaikan tugas dengan sempurna. Yang benar saja! Kalau Mister Kim pernah sebaik itu pada orang, namanya sudah pasti bukan Mister Kim. Tapi Wendy sama sekali tidak curiga dengan cerita itu.
Mereka tiba di tempat acara jumpa penggemar diselenggarakan dan melihat ratusan gadis remaja berkerumun di pintu masuk. Ternyata penggemar setia Park Vincenzo banyak sekali. Mereka membawa spanduk-spanduk besar, balon, dan papan karton yang bertuliskan nama Vincenzo. Cha Young masih belum memahami kenapa orang- orang itu begitu tergila-gila pada Vincenzo walaupun ia sudah menghabiskan waktu bersama laki-laki itu seminggu terakhir ini. Ia bertanya-tanya apakah ia akan merasa aneh melihat Vincenzo berdiri di panggung dan menyanyi.
"Kali ini mereka membatasi jumlah penonton," celetuk Wendy . "Acara jumpa penggemar yang sebelumnya jauh lebih ramai."
Cha Young mengalihkan pandangan dari kerumunan penggemar Park Vincenzo kepada temannya.
"Benarkah?"
Kang Wendy mengangguk tegas. "Tentu saja. Aku juga datang ke acara jumpa penggemar yang dulu itu. Wah, yang datang banyak sekali. Kau tidak akan bisa membayangkannya. Waktu itu aku sampai susah bernapas. Tidak heran kalau banyak penggemarnya yang jatuh pingsan di acara itu, malah ada yang sampai meninggal. Aku pernah cerita, kan? Kau ingat, Cha Young?"
Cha Young mengangguk dan merenung. "Aku pernah dengar tentang kejadian itu, tapi karena belum pernah menghadiri acara seperti ini, aku tidak tahu suasananya seperti apa."
Kang Wendy tersenyum dan menggandeng lengan Cha Young . "Walaupun jumlah penontonnya sudah dikurangi, aku yakin mereka tetap liar. Kau akan bisa merasakan suasananya. Oh ya, Park Vincenzo masih ingat padamu, tidak ya?"
Cha Young menatapnya kaget.
"Maksudmu?"Wendy mendecakkan lidah. "Bukankah waktu itu kau sempat ke rumahnya, bahkan dia mengantarkanmu pulang? Hei, kauingatkan saja dia! Sewaktu acara pembagian tanda tangan nanti, bilang kau pernah berjumpa dengannya. Setelah itu kita pasti bisa mengobrol lebih lama. Ya? Ya? Kau harus menarik perhatiannya kepada kita."
"Apa? Bukannya sudah kubilang aku tidak mau orang-orang sampai tahu malam itu aku bertemu dengannya?" sahut Cha Young . "Aku tidak mau terlibat gosip semacam itu." Oh ya, ia tahu benar ucapannya ini bertolak belakang dengan keputusannya membantu Park Vincenzo.
"Kalau begitu tidak usah terang-terangan. Kau bisa memberikan petunjuk-petunjuk yang bisa membuatnya—"
"Hei, Kang Wendy ! Sudahlah, kita masuk saja," potong Cha Young sambil cepat-cepat menarik tangan temannya masuk ke gedung.
*
Acara dimulai dan Park Vincenzo muncul diiringi jeritan para penggemarnya. Cha Young agak terperangah karena para penggemar Park Vincenzo benar-benar penuh semangat dan jeritan mereka mengagumkan. Wendy juga menjerit dan mengibas-ngibaskan balon yang dipegangnya keras-keras. Melihat temannya seperti itu, Cha Young jadi ikut bersorak dan menjerit walaupun suaranya sudah jelas tidak terdengar di antara lengkingan penggemar-penggemar lain yang lebih ahli dalam hal ini. Cha Young melihat Park Vincenzo berdiri di depan penonton sambil tersenyum lebar dan melambaikan tangan. Pria itu mengenakan kaus hitam, jaket putih, celana panjang putih, juga syal hitam-putih yang dibelinya bersama Cha Young .