Sunshhine in New York (13)

35 0 135
                                    

"Aku akan mengambil dokumen yang kau perlukan," kata Sa-Ya setelah ia dan Shawn masuk apartemennya. "Kalau kau mau minum, ambil saja sendiri di dapur." Sa-Ya berjalan ke kamar tidurnya sementara Shawn berjalan ke dapur. Setelah menemukan dokumen yang dicarinya, ia keluar dari kamar dan berjalan ke ruang duduk.

"Hei, Sa-Ya," panggil Shawn dari dapur. Sa-Ya agak heran mendengar nada suara Shawn yang serius.

"Apa?" seru Sa-Ya dari ruang duduk.

Tidak lama kemudian Shawn muncul di ruang duduk sambil membawa tabung plastik kecil berwarna cokelat. Ia menatap Sa-Ya dengan kening berkerut curiga.

"Apa?" tanya Sa-Ya sekali lagi.

"Apakah ada sesuatu yang tidak kau ceritakan kepadaku?" tanya Shawn. Nada suaranya masih terdengar serius. Dan khawatir.

"Apa maksudmu?" tanya Sa-Ya tidak mengerti.

Shawn mengacungkan tabung plastik yang dipegangnya. "Pil-pil ini. Apakah milikmu?"

Sa-Ya menggeleng. "Bukan. Di mana kau temukan itu?"

"Di meja dapur," sahut Shawn pendek.

"Mungkin itu milik Clark," tebak Sa-Ya.

"Milik Sorin?" gumam Shawn, lebih kepada dirinya sendiri.

"Mungkin ketinggalan di sini ketika dia datang pagi tadi." Sa-Ya mengangkat bahu.

Shawn terlihat ragu. "Tapi obat ini..."

"Kenapa? Kau tau obat apa itu?"

Shawn mengangguk. "Bibiku, Edith—dia adik perempuan ibuku—juga minum obat ini. Aku tahu benar karena kadang-kadang Bibi Edith suka menyuruhku menebus obat-obatannya."

Sa-Ya menunggu Shawn melanjutkan kata-katanya.

Lalu Shawn menatap Sa-Ya dan bertanya, "Apakah Sorin ?"

*

"DI mana? Di mana kutaruh?" gumam Sorin sambil mengaduk-aduk isi tasnya dengan kening berkerut cemas. Tidak menemukan apa yang dicarinya, ia pun menuangkan seluruh isi tasnya ke atas meja.

Tidak ada. Obatnya tidak ada

Sorin berputar, menggigit bibir dan berjalan cepat ke kamar mandi. Ia membuka lemari obat di sana, memeriksa deretan tabung plastik kecil di sana, tetapi obat yang dicarinya tidak ada. Ia menutup pintu lemari obatnya dengan keras dan memandang bayangan wajahnya sendiri di cermin. Di mana obat sialan itu? Ia butuh obat itu. Ia butuh...

Tiba-tiba bel interkom apartemennya berbunyi. Sorin melangkah ke pintu dan menekan tombol interkom di sana. "Ya?"

"Ini aku."

Sorin tersenyum kecil mendengar suara Sa-Ya di interkom. Ia menekan tombol lain untuk membuka pintu di bawah, lalu berputar memandang sekeliling ruang duduk apartemennya untuk mencari tas tangannya. Baiklah, ia akan mencari obatnya sepulangnya dari pesta. Semoga ia tidak membutuhkan obatnya malam ini. Semoga ia bisa bertahan sampai pesta itu berakhir.

Tepat setelah ia meraih tas tangan dan mantelnya, bel pintunya berbunyi. Ia menarik napas dalam-dalam, membuka pintu dan tersenyum lebar kepada Sa-Ya Hirano yang berdiri di hadapannya. "Kau sangat tepat waktu," kata Sorin.

Sa-Ya balas tersenyum. Ia mengamati Sorin dengan alis terangkat, lalu matanya menyusuri gaun panjang Sorin yang berwarna hijau gelap dan akhirnya kembali ke wajah Sorin. "Dan kau terlihat... cantik," pujinya.

Mengabaikan jantungnya yang mendadak berdebar lebih kencang dan berharap semoga pipinya yang mendadak terasa panas tidak merah padam, Sorin berusaha tersenyum ringan seperti biasa dan berkata, "Tentu saja. Sudah kubilang aku tidak akan membuatmu malu, Sa-Ya."

Season Of LoveWhere stories live. Discover now