Lisa baru selesai mengajar dan sedang berjalan menyusuri koridor ke arah tangga ketika mendengar alunan musik yang berasal dari salah satu ruang kelas di sebelah kirinya. Tahu bahwa ruang kelas itu adalah ruangan yang sering digunakan Sorin dan mengingat Sorin tidak ada kelas siang ini, Lisa menghampiri pintu dan mengintip ke dalam dari jendela kaca di pintu. Ia mengira akan menemukan Sorin sedang menari di dalam sana seperti biasa, namun dugaannya salah. Lisa mengangkat alis heran ketika melihat Sorin sedang duduk bersila di lantai dengan punggung dan kepala disandarkan di dinding belakangnya.
"Sorin?" panggil Lisa sambil membuka pintu dan melangkah masuk. "Sedang apa kau di sini?"
Sorin tersentak dan menoleh. "Hai, Lisa. Kelasmu sudah bubar?" tanya Sorin sambil tersenyum.
Lisa mengerjap heran melihat mata Sorin yang sembap dan hidungnya yang merah. Apakah Sorin habis menangis? Gagasan iu terasa sangat asing bagi Lisa karena selama mengenal Sorin, ia tidak pernah sekali pun melihat Sorin menangis. Kalau dipikir-pikir lagi, ia bahkan tidak pernah melihat Sorin berwajah muram. Sorin selalu terlihat ceria. Selalu.
"Sorin, ada apa?" tanya Lisa sambil menjatuhkan diri di lantai di dekat Sorin. "Kau terlihat..."
Sorin tertawa kecil dan mengibaskan sebelah tangan. "Aku tidak apa-apa," sahutnya ringan. Lalu ia menunjuk hidungnya dan berkata, "Ini gara-gara alergi."
"Oh, begitu." Lisa tersenyum mengerti dan tidak mendesak Sorin lagi. Benar, Sorin tidak mungkin menangis, pikirnya yakin. Ia mengangguk ke arah CD player di sudut ruangan dan bertanya,
"Lagu apa yang yang sedang kau dengar ini?"
"Fairy Tale,"desah Sorin.
"Lagunya bagus," gumam Lisa. "Kau mau membuat koreografi baru dengan lagu ini?"
"Rencananya begitu. Tapi saat ini aku tidak bisa memikirkan satu gerakan pun." Sorin bangkit, berjalan ke arah CD player dan mematikannya.
"Oh, ya, Sorin, bukankah kemarin kau pergi ke pesta yang diselenggarakan Dee Black Dance Company?" tanya Lisa.
"Bagaimana pestanya? Menyenangkan?"
"Mm?" gumam Sorin sambil lalu. "Biasa saja."
Tadinya Lisa berharap mendengar cerita yang lebih mendetail tentang pesta yang diselenggarakan salah satu kelompok tari tersohor di Negara ini, tetapi sepertinya hari ini Sorin sedang tidak ingin bicara panjang-lebar. Jadi Lisa pun mengalihkan pembicaraan. "Omong- omong, hari ini kau tidak ada jadwal mengajar, bukan? Kau tidak pergi ke apartemen kakak In Yeop?"
"Tidak."
"Tidak? Kenapa?"
"Kurasa aku tidak akan pergi ke sana lagi."
"Tapi kenapa?"
"Karena dia tidak membutuhkan bantuanku lagi."
Lisa mengernyitkan kening dengan heran. Lalu ia bertanya dengan hati-hati, "Kalian bertengkar?"
Sorin tidak menjawab, tetapi Lisa melihatnya mengernyit. "Kita bicarakan hal lain saja," gumam Sorin.
Sikap Sorin menguatkan dugaan Lisa bahwa kedua orang itu bertengkar. Tetapi ia bukan orang yang suka ikut campur, jadi Lisa tidak memaksa. "Baiklah," kata Lisa dengan nada ceria. "Bagaimana kalau kita pergi makan siang?'
Sorin mengernyit lagi. "Maaf, aku..."
"Halo, ladies." Sapaan riang yang berasal dari pintu memotong kata-kata Sorin.
Lisa dan Sorin serentak menoleh. "Oh, hai, In Yeop," Lisa balas menyapa.
"Apakah aku mengganggu acara bergosip kalian?" tanya In Yeop sambil berjalan menghampiri mereka.