"Kau melamun lagi."
Sorin mengerjap dan mendongak, menatap Lisa yang duduk di hadapannya. "Maaf, apa katamu tadi?" gumam Sorin.
Lisa mendesah dan menyandarkan punggung ke sandaran kursi. "Nah, aku benar. Kau tidak mendengar sepatah kata pun yang kuucapkan sejak tadi."
Sorin tidak membantah. Ia hanya tersenyum meminta maaf dan menyesap tehnya perlahan-lahan.
Malam ini adalah malam pertunjukan perdana Dee Black Dance Company di New York dan walaupun sebenarnya Sorin tidak terlalu antusias menyaksikan pertunjukan ini—karena tidak ingin mengingat kenyataan bahwa ia tidak bisa mewujudkan mimpinya menari di atas panggung—ia sudah berjanji akan menemani Lisa. Ia juga sudah berjanji kepada Sehun bahwa ia akan datang untuk memberikan dukungan. Jadi di sinilah ia, duduk di salah satu kafe di lobi gedung pertunjukan di Broadway bersama Lisa, menunggu waktu pertunjukan dimulai dan menunggu pintu teater dibuka.
"Apa yang sedang kaupikirkan, Sorin?"
Sorin kembali menatap temannya. "Apa maksudmu?"
Lisa mencondongkan tubuh ke depan dan menatap Sorin lurus-lurus. "Kau terlihat murung akhir-akhir ini. Kau berubah pendiam. Kau juga sering melamun. Kau selalu terlihat pucat dan kau..." Lisa menghentikan kata-katanya dan menarik napas.
"Dengar, aku tidak akan mendesakmu memberitahuku apa yang mengganggu pikiranmu. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kalau kau butuh seseorang untuk diajak bicara, aku ada di sini. Aku mungkin tidak bisa banyak membantu, tapi aku bisa mendengarkan."
Sorin menelan ludah dan berusaha menarik napas dengan susah payah. Dadanya terasa sakit. Sebelah tangannya terangkat ke dada sementara ia memaksakan seulas senyum kepada Lisa. "Terima kasih, Lisa, tapi aku tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Lisa balas tersenyum lebar dan mengalihkan pembicaraan.
"Jadi bagaimana hubunganmu dengan penari utama Scarlett Black Dance Company?"
Sorin mengembuskan napas lega karena Lisa tidak mendesaknya. "Maksudmu Sehun ?" guman Sorin. "Kami hanya berteman."
"Mengingat kau sering menghabiskan waktumu bersama- samanya akhir-akhir ini, aku jadi bertanya-tanya apakah kalian memang hanya berteman," goda Lisa.
"Kami hanya berteman," tegas Sorin sekali lagi sambil tertawa kecil. "Sehun akan kembali ke Miami setelah pertunjukan mereka di sini selesai, jadi kupikir tidak ada salahnya aku menemaninya selama dia di sini. Lagi pula, sudah lama kami tidak bertemu."
Ya, itu alasannya ia sering menghabiskan sebagian besar waktunya bersama Sehun dan teman-teman lamanya di studio latihan kelompok tari Scarlett Black di Broadway. Setidaknya, itulah alasan yang dikatakannya pada diri sendiri. Bukan karena ia kesepian. Bukan karena ia merasa harus mengisi kekosongan. Bukan karena ia ingin menyingkirkan Sa-Ya Hirano dari pikirannya.
Kalau begitu, kenapa kemarin malam kau mendapati dirimu berdiri di depan gedung apartemennya? tanyanya pada diri sendiri.
Sorin menggeleng keras mengenyahkan suara kecil menjengkelkan dalam benaknya itu. Kemarin malam, ketika ia hendak pulang ke apartemennya sendiri dari studio latihan Dee Black, entah bagaimana ia mendapati dirinya menghentikan mobil Beetle kuningnya di depan gedung apartemen Sa-Ya di Riverside Drive. Sorin sungguh tidak tahu apa yang membuatnya mengarahkan mobilnya ke apartemen Sa-Ya. Ia tidak tahu apa yang dipikirkannya. Merasa konyol dan yakin bahwa ia mulai kehilangan kewarasannya, Sorin pun bergegas pergi tanpa melakukan apa-apa.
"Lihat? Kau melamun lagi!"
"Aku tidak melamun," bantah Sorin, walaupun tahu ia memang melamun tadi.
Lisa memandang ke sekelilingnya. "Omong-omong, aku mau ke toilet. Kau mau ikut?"