BAB 2 : Tirani Jatuh yang Memungut Budak

553 50 4
                                    

Yeva tersenyum puas saat mendengar penuturan adiknya. "Tentu aku tidak keberatan, anggaplah dia sebagai hadiah kecil dariku untuk mempererat persaudaraan kita."

Rhaella mendecih di dalam hati, benaknya berusaha keras untuk menahan tindakan impulsif yang ingin memberontak di hadapan Yeva. Jika peristiwa hari ini terjadi di masa lalu, Rhaella pasti akan menendang Yeva sampai pria itu tidak bisa berdiri lagi.

Namun, sekarang situasinya begitu rumit.

Yeva adalah kaisar, sedangkan Rhaella hanyalah seorang putri yang tak memiliki kekuasaan lagi. Jika Rhaella memberontak, maka ratusan prajurit akan langsung melayangkan bilah pedang ke lehernya, kemudian memenggal kepala Rhaella di khalayak umum.

"Yang Mulia sangat murah hati, saya merasa tersanjung dengan hadiah dari Yang Mulia," kata Rhaella.

Yeva lantas menyisirkan pandangannya ke seluruh aula. "Kalian sudah dengar? Adikku akan mengangkat mantan kaisar ini sebagai budak. Apa kalian tidak ingin memberikan sanjungan?"

Begitu Yeva mengatakan hal itu, suara tepuk tangan langsung membanjiri aula. Para pejabat yang haus akan perhatian kaisar itu tersenyum lebar dan melontarkan banyak pujian yang membuat telinga Rhaella menjadi sakit.

"Selamat, Yang Mulia Putri! Dia pasti mampu menjadi budak yang baik!"

"Rullin selalu mempunyai kemampuan bertarung yang bagus, sehingga pasti bisa menempati peringkat tertinggi sebagai gladiator. Yang Mulia, Anda baru saja mendapatkan hadiah luar biasa!"

Pujian - pujian lain turut membanjiri aula sampai akhirnya Yeva menghentikan. "Cukup, Rhaella pasti senang mendengarkan pujian dari kalian. Benarkan, adikku?"

Rhaella tersenyum. "Terima kasih atas pujian Tuan - Tuan sekalian, saya pasti akan memanfaatkan budak ini dengan baik."

"Karena pembahasan hari ini sudah selesai dan pertunjukkan telah berakhir, maka kalian semua boleh meninggalkan istana," ujar Yeva seraya mengibaskan lengannya.

Satu - persatu pejabat istana lantas meninggalkan aula, meninggalkan Rhaella bersama kedua saudaranya dan Rullin di dalam aula. Erik yang sedari tadi hanya diam akhirnya bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Rhaella seraya tersenyum. "Kamu butuh bantuan untuk membawanya ke kediamanmu?"

Rhaella turut membalasnya dengan senyuman. "Tidak, Yang Mulia Pangeran pasti sedang sibuk, Rhaella bisa mengurusnya sendiri."

"Kenapa begitu formal? Bukankah kita saudara? Dahulu kamu juga hanya memanggilku dengan nama."

"Yang Mulia Pangeran lebih tua dari saya, sehingga saya ingin mempertahankan kesopan santunan," ujar Rhaella.

Erik tampaknya tengah menyindir Rhaella yang dahulu seringkali bertingkah seenaknya di hadapan kedua saudaranya. Ia jarang memanggil mereka dengan formal karena jabatannya lebih tinggi kali itu. Siapa yang menyangka bahwa roda nasib bisa berputar dalam waktu singkat.

Karena tidak mau menghabiskan lebih banyak waktu dengan kedua saudaranya itu, Rhaella memutuskan untuk segera pergi. "Yang Mulia, saya akan undur diri, terima kasih atas hadiahnya."

Yeva membalas, "Ya, pergilah."

Rhaella kemudian berjalan ke ambang pintu dan memerintahkan prajuritnya untuk menghampiri Rullin. "Bawa dia."

Dua prajurit segera menarik Rullin dan membawanya pergi. Rullin hanya menatap kedua prajurit itu dengan tajam, tetapi tidak mengatakan apa - apa. Dia sudah berada di titik yang begitu rendah, ingin melawan pun juga tidak akan membuahkan hasil.

Sesampainya di halaman istana, prajurit yang membawa Rullin bertanya, "Yang Mulia, budak ini tidak bisa berjalan dengan benar, haruskah kita membawanya menggunakan kuda?"

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang