BAB 21 : Mengungkapkan Perasaan

313 46 0
                                    

“Aku mencarimu ke banyak tempat setelah itu, tetapi tidak ada satu orang pun yang kenal dengan wanita bernama Kira. Kupikir … kamu sudah mati dimakan oleh binatang buas di hutan.”

Rhaella melongok, tak menyangka bila seorang Pangeran Mahkota bisa-bisanya mencari identitas seorang gadis rendahan. “Rullin … Rullin … apa kau jatuh cinta dengan Kira sampai mencarinya ke mana-mana?”

Rhaella merasa hal itu lucu sehingga dia tertawa, tapi ia merasa sakit saat tubuhnya berguncang, sehingga Rhaella berusaha keras menahan tawanya.

“Rhaella …,” Rullin mendengus, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. “Aku benar-benar ingin melemparmu ke jurang.”

Tanpa Rhaella ketahui, Rullin telah mencari Kira selama tiga bulan dan akhirnya berhenti ketika ayahnya meninggal, sehingga dia harus fokus dalam menjalankan tugasnya sebagai kaisar yang baru. Meski begitu, tidak pernah sekalipun Rullin melupakan sosok wanita itu di dalam benaknya.

Namun, siapa yang menyangka bila sekarang Rullin bisa bertemu lagi dengan wanita yang bernama Kira itu. Sayangnya, tutur kata Rhaella tidak pernah semanis Kira, sehingga kadang darah Rullin mendidih setiap kali mendengar ucapan Rhaella.

“Katakan yang sejujurnya, Rullin. Kalau seandainya Kira benar-benar kau bawa ke istana, apa dia selamanya akan menjadi pelayan atau kamu ingin mengangkatnya sebagai selir?” tanya Rhaella, seolah Kira bukanlah dirinya sendiri.

“Rhaella, kamu terlalu banyak bicara,” balas Rullin seraya mengalihkan pandangannya.

Rhaella, “Hmm … tapi kenapa kamu tidak pernah mengangkat seorang wanita menjadi selir? Apa kamu sebenarnya memang impoten?”

“Aku tidak impoten, Yang Mulia!” seru Rullin, merasa bila emosinya kian memuncak setelah beberapa menit berbincang dengan Rhaella.

“Lalu kenapa?” Rhaella memiringkan tubuhnya supaya bisa melihat wajah Rullin dengan lebih jelas. “Apa sebenarnya kamu jatuh cinta kepada Kira, sehingga tidak mau menjalin hubungan dengan wanita lain?”

Secara mengejutkan, Rullin tidak membalas ucapan Rhaella. Tidak ada teriakan, dengusan, atau penolakan keras. Rullin Vedenin hanya diam, seakan dirinya adalah sebongkah batu.

Tawa yang sejak tadi keluar dari mulut Rhaella pun perlahan-lahan berhenti, tergantikan oleh tatapan mata sendu yang sulit diartikan. Tangan Rhaella kembali terangkat, kali ini menarik tengkuk Rullin supaya kepala pria itu merunduk, sehingga wajah mereka begitu dekat.

“Jawab aku, Rullin. Apa kamu mencintai Kira?”

Rullin meneguk ludahnya sendiri tatkala wajah mereka berdekatan sampai mampu merasakan napas satu sama lain. “Kenapa kamu perlu tahu?”

“Karena, aku tidak mau kamu jatuh cinta dengan Kira.” Rhaella menambahkan sebelum Rullin membalas, “Aku mau kamu jatuh cinta denganku, bukan Kira.”

Rullin membalas dengan tanya, “Kamu juga harus menjawab pertanyaanku. Kenapa kamu tidak pernah menerima lamaran pria lain?”

Faktanya, meski para pria selalu takut untuk menatap mata Rhaella. Rullin selalu mendengar kabar bahwa selalu ada sepuluh pria yang datang untuk melamar Rhaella setiap tahunnya. Namun, wanita itu selalu menolak mereka mentah-mentah, sehingga membuatnya menyandang gelar ‘Putri Mawar’. Karena semua pria hanya bisa mengagumi kecantikan Rhaella, tetapi tak mampu menyentuhnya.

“Tidak ada satu pun dari mereka yang menarik perhatianku. Mereka selalu menawarkan harta, tapi aku memiliki harta lebih banyak daripada mereka. Jika mereka menawarkan jabatan, tapi jabatanku lebih tinggi dari mereka. Mereka semua tidak sepadan, aku tidak mau menikah dengan pria yang tidak berguna.”

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang