BAB 57 : Menyambut Kedatangan Panglima

247 34 1
                                    

Ketika Lenya mendengar ucapan marah dari Rhaella, dia tidak lagi berani menyinggung keinginannya. Lenya kemudian berdiri dan mulai memperhatikan orang-orang yang datang bersama dengan Rhaella.

“Setidaknya, saya merasa lega karena Anda masih memiliki orang-orang yang dapat dipercayai di Istana Barat,” kata Lenya seraya tersenyum.

Rhaella, “Ya, tanpa mereka, aku mungkin sudah lama mati.”

Terutama apabila Rhaella tidak bertemu dengan Rullin, mungkin jiwa dan raganya sudah lama hancur menjadi debu.

“Jenderal, kau mungkin sudah banyak mendengar tentang kaisar Alcander. Namun, aku ingin memperkenalkan kalian secara langsung.”

Rhaella lantas menyentak tangan Rullin sehingga pria itu bisa berdiri di depan Rhaella. “Dia adalah Rullin Vedenin, kaisar dari Alcander. Dahulu, aku pernah menyampaikan surat rahasia kepadamu kalau aku akan membawanya, dan kini aku berhasil membawanya tanpa paksaan.”

Lenya membungkukkan punggungnya sebagai tanda penghormatan kepada Rullin. “Yang Mulia, kedatangan Anda juga sudah kami tunggu sejak lama.”

Rullin memandang Rhaella dan Lenya secara bergantian sebelum akhirnya berkata, “Rhaella, apa kau seyakin itu aku bisa berpihak kepadamu?”

Rhaella membalas dengan senyuman. “Aku tidak pernah berharap kau akan berpihak secara penuh kepadaku dulu. Namun, aku yakin bisa membawamu datang ke Hutan Lanthe.”

“Atas dasar apa?”

“Atas dasar hadiah yang ingin kuberikan kepadamu di sini.”

Raut wajah Rullin terlihat bingung saat Rhaella berkata demikian. “Hadiah apa yang kau maksud?”

Alih-alih menjawab pertanyaan Rullin, Rhaella malah berbicara kepada Lenya. “Jenderal, tunjukkan jalan ke pangkalan sehingga aku bisa memberikan hadiahku kepada Rullin.”

Lenya mengangguk, kemudian memperlihatkan jalan kepada rombongan Rhaella. “Mari ikuti saya, saya akan menunjukkan jalan ke pangkalan militer.”

• • •

Di sepanjang jalan menuju pangkalan militer, Rhaella tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada Rullin. Dia juga tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Rullin perihal hadiah yang dia bilang sudah disiapkan untuk memancing Rullin ke Hutan Lanthe.

Saat itu Rullin sadar bahwa Rhaella sudah mengendalikan hidupnya bahkan sebelum Rhaella membawanya ke Istana Barat. Wanita itu sudah menyiapkan banyak hal untuk memastikan kalau Rullin akan berpihak kepadanya, dengan atau tanpa mereka menyatakan cinta.

“Yang Mulia, apa Anda baik-baik saja bila berjalan jauh?” tanya Lenya kepada Rhaella, intonasi suaranya terdengar begitu khawatir.

“Jenderal, kita bahkan pernah berjalan melintasi tebing selama berhari-hari.” Rhaella tertawa. “Jalan di hutan bukanlah apa-apa.”

Lenya, “Yang Mulia, dahulu Anda tidak sakit.”

“Jadi, maksudmu kakiku sudah tidak berfungsi dengan baik setelah aku sakit?” kesal Rhaella.

Sebelum Lenya membalas, Rullin sudah lebih dahulu mengangkat tubuh Rhaella sehingga kini dia berada di gendongan Rullin. Jelas tindakan Rullin membuat Rhaella memberontak keras, dia hanya tidak mau terlihat memalukan di hadapan prajuritnya.

“Rullin Vedenin! Turunkan aku! Kau ini apa-apaan?!”

Rullin membalas dengan acuh. “Tak perlu berdusta, aku tahu kakimu sudah sakit sejak tadi.”

“Sudah kukatakan aku bisa berjalan jauh! Cepat turunkan aku!”

Rhaella berusaha memberontak dengan keras, tetapi cengkraman Rullin terlalu kuat sehingga wanita itu tidak mampu melarikan diri dari gendongan Rullin.

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang