BAB 33 : Tempat Rahasia

346 38 0
                                    

Semenjak melewati malam panas di waktu hujan itu, hubungan Rullin dan Rhaella menjadi kian dekat. Bahkan Rullin jadi lebih sering berkunjung ke kamar Rhaella secara diam-diam atau terkadang Rhaella-lah yang berkunjung ke halaman selir.

Setiap kali pergi ke halaman selir, dia selalu menemui Nino dan Horus terlebih dahulu untuk mendengar perkembangan mengumpulkan bunga callosa dan astia. Tapi, kedua selir itu tahu dengan pasti bahwa tujuan utama Rhaella pergi ke halaman selir adalah untuk bertemu dengan Rullin.

Selama satu bulan terakhir, Nino sudah memperhatikan hubungan keduanya. Sebagai seorang mantan mata-mata yang memiliki kemampuan untuk menganalisa lingkungan disekitarnya secara detail, Nino bisa menyimpulkan bahwa Rhaella dan Rullin sedang tersandung asmara.

“Yang Mulia, kapan aku juga mendapatkan kasih sayang seperti selirmu yang satu itu?” tanya Nino dengan dramatis.

Dia menuangkan teh ke dalam cawan Rhaella, kemudian memberikan gulungan kertas laporan dari pengumpulan bunga callosa dan astia.

“Kamu dan Rullin itu beda. Kalau aku adalah kaisar, maka kamu tetap menjadi selir, sementara Rullin adalah permaisuriku.”

Nino berdecak, “Anda padahal sudah menghabiskan lebih banyak waktu bersama saya daripada Rullin, tapi kenapa saya tidak diperlakukan adil begini?”

Horus memutar bola matanya malas, berpikir kalau drama Nino akan dimulai lagi. “Yang Mulia, hiraukan dia. Akhir-akhir ini dia kesulitan mencari wanita, jadi terlihat seperti pria yang kurang kasih sayang.”

“Horus! Lagipula siapa yang berani tidur denganku di saat semua wanita itu tahu kalau aku adalah selir dari Yang Mulia!” Nino menggebrak meja, meratapi nasibnya yang sudah berbulan-bulan tidak bisa menyentuh tubuh wanita.

Rhaella tertawa kecil. “Nino, Dewa sedang memberimu tanda untuk berhenti bermain-main dengan wanita di rumah pelacuran dan mulai mencari wanita untuk kau nikahi.”

Nino hanya berdecak kesal saat Rhaella membahas masalah asmaranya yang tidak pernah memiliki keberuntungan. Karena tidak ingin membahas dirinya lebih lanjut, Nino mulai mengalihkan topik dengan membahas masalah yang serius.

“Para anggota suku barbar sudah berhasil mengumpulkan seperempat bahan penawar dari jumlah yang Anda inginkan. Tapi, sepertinya mereka tidak bisa mengumpulkan lebih banyak karena musim gugur akan segera tiba, tanaman-tanaman di area gunung sudah mulai layu, sehingga sulit untuk mencari bunga callosa dan astia yang masih segar.”

Rhaella berhenti tertawa saat mereka membahas sesuatu yang serius. Dia segera membuka lembar laporan yang sudah dikirimkan oleh para anggota suku barbar ke Horus kemarin malam.

“Tidak apa-apa. Mereka bisa memulainya setelah musim dingin lagi.”

Horus, “Omong-omong, di mana mereka harus menyimpan persediaan bahan yang Anda minta? Saat ini mereka selalu membawa-bawa bahan itu bersama mereka. Tapi, jika Anda membutuhkan lebih banyak, mereka pasti tidak mampu membawa semuanya lagi.”

Rhaella, “Punya peta Benua Etheria?”

Nino segera mengeluarkan peta tersebut dari tumpukan bukunya. “Untuk apa peta ini?”

“Menunjukkan tempat aman yang bisa para suku barbar itu kunjungi.”

Rhaella membuka peta di tangannya, kemudian menjajakan peta tersebut di atas meja. Ketika tangannya ingin menunjuk sebuah tempat yang dia maksudkan, Rhaella menghentikkan tangannya di udara dan menatap kedua selirnya dengan pandangan serius.

“Kalian bersumpah akan tetap setia kepadaku sampai mati?”

Nino memandang Rhaella dengan penuh keheranan. “Kenapa tiba-tiba bertanya begitu, Yang Mulia?”

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang