BAB 67 : Kenalan Lama

157 27 0
                                    

Sangat mudah bagi Nino untuk mengetahui seluk-beluk jalanan ibukota Derron, mengingat dia pernah tinggal di negara itu selama bertahun-tahun.

Setiap kali ia melangkahkan kakinya di jalanan kota, Nino selalu bertegur sapa kepada para penjual. Mungkin itu suatu rutinitas bagi Nino, tetapi tingkahnya membuat Rullin dan Horus merasa jengah.

“Bisakah kau tidak menarik perhatian?” kata Rullin.

Nino berbalik, ia berjalan mundur sambil menatap Rullin. “Sudah kukatakan, kita harus membaur dengan penduduk sekitar supaya terlihat seperti orang yang tidak mencurigakan. Lagipula, penduduk Derron memang senang saling bertegur sapa walau tidak saling kenal.”

Rullin, “Tapi kau membuat mereka melihat wajah kita.”

“Oh, ayolah. Wajah kita yang sekarang bahkan tidak menarik sama sekali, mereka pasti akan langsung lupa dalam beberapa menit.”

Rullin tidak lagi menanggapi karena hal yang dikatakan Nino itu benar. Penampilan mereka yang sekarang memang tampak mudah untuk dilupakan, apalagi kebanyakan manusia hanya akan mengingat wajah dari orang-orang rupawan.

“Tokonya masih jauh?” tanya Horus yang sepertinya mulai tidak tahan berada di tengah keramaian.

“Tidak, kita sudah sampai.” Nino menunjuk sebuah toko yang letaknya berada agak jauh dari keramaian kota. Bangunan dari toko itu terlihat lumayan besar dan sangat terawat, pertanda bila bisnisnya sangat maju.

Tring.

Suara bel berdentang tatkala Nino membuka pintu toko. Pria itu menyunggingkan senyum ketika melihat pemilik toko yang usianya sudah cukup tua datang untuk menyambut mereka.

“Selamat datang di toko kapal Brock. Kami menjual berbagai peralatan kapal dan juga menyediakan jasa peminjaman kapal, apa ada yang bisa saya bantu?”

Nino melihat-lihat bagian dalam toko sebentar, sebelum akhirnya membalas seraya memberikan catatan di secarik kertas. “Semua hal yang kami butuhkan tertulis disitu, bisa tolong periksa ketersediaan barang?”

Brock lantas membaca catatan yang diserahkan oleh Nino secara sekilas, lalu berkata, “Kain layar dan tali kapal yang kalian butuhkan lumayan banyak, apa kapalnya sangat besar?”

Nino tersenyum. “Ya, kami sedang membuat kapal barang. Jadi, ukurannya lumayan besar.”

Brock turut tersenyum sebagai balasan dan tidak bertanya lebih jauh. “Kalau begitu, aku akan mengecek ketersediaan barang dulu di gudang bawah tanah. Kalian bisa menunggu di kantorku untuk sementara.”

Setelah mengatakan itu, Brock segera mengantar mereka ke ruang kantornya dan mempersilahkan ketiganya untuk duduk. “Tunggu sebentar, putriku akan segera datang untuk membawakan teh. Apa kalian ingin sesuatu yang lain?”

Nino, “Teh sudah cukup, tidak perlu repot-repot.”

Brock mengangguk tanda mengerti, kemudian meminta izin untuk pergi keluar dan memanggil putrinya.

“Tempat ini sudah banyak berubah. Terakhir kali aku ke sini, toko ini sangat kumuh karena Tuan Brock kekurangan dana,” kata Nino begitu melihat Brock sudah keluar.

Rullin, “Kau sering ke sini?”

Kedua mata Nino memandang ke bawah, terlihat tidak secerah biasanya. “Ya, aku mengenal Tuan Brock dan putrinya dengan baik. Tapi aku sudah tidak pernah pulang ke Derron lagi selama bertahun-tahun. Jadi, kurasa mereka sudah menganggapku mati.”

Sebelum Rullin membalas, Nino segera mengangkat kepalanya dan kembali tersenyum. “Tapi hal itu bukan masalah. Ketika aku pertama kali diangkat menjadi mata-mata, aku sudah siap dianggap mati jika diperlukan.”

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang