BAB 58 : Hadiah Untuk Rullin

238 35 0
                                    

Ketika Lenya menyebutkan panggilan ayah mertua, mereka membulatkan mata secara bersamaan dan bahkan menutup mulut menggunakan tangan saking tidak percaya bila Rhaella mampu menjalin cinta dengan seorang pria.

“Kupikir Panglima kita muak dengan pria.”

“Dia memang muak dengan semua pria, tapi kaisar dari Alcander adalah pengecualian,” bisik Lenya yang diam-diam mengetahui perasaan Rhaella kepada Rullin sejak lama.

Tidak ada yang berani mendekati Rhaella setelah itu, bahkan Alberich yang senang merangkul pundak Rhaella tiba-tiba juga tak berani menyentuh secara sembarangan.

Singa betina mereka telah memiliki pejantan, dan tampaknya pejantan itu tidak senang teritorinya dirusak oleh pejantan lain.

“Rhaella, kau baik-baik saja?” tanya Rullin seraya menepuk-nepuk pundak Rhaella, seolah dia sedang menghapus sentuhan pria lain dari tubuh wanita itu.

Sayangnya, Rhaella tidak cukup peka untuk mengetahui kecemburuan Rullin, wanita itu bahkan dengan berani menuangkan minyak ke dalam bara api. “Apa yang kau khawatirkan? Kami sudah biasa berpelukan seperti itu, aku tidak akan sesak napas.”

“Kamu … sering memeluk mereka?”

Rhaella mengangguk. “Ya, tentu. Apa ada yang salah?”

“Tidak. Tidak ada yang salah.” Manik amber Rullin mulai memindai wajah prajurit-prajurit itu satu-persatu, kemudian kembali berbicara, “Tapi mungkin sekarang kamu tidak boleh terlalu sering melakukan kontak fisik dengan banyak orang. Metabolisme tubuhmu sedang lemah, sehingga aku takut salah satu dari mereka membawa virus dan memperburuk kesehatanmu.”

Rhaella agak merasa Rullin berlebihan, tetapi dia juga tidak menyangkal ucapan Rullin karena menurutnya itu masuk akal. “Aku akan mengingatnya.”

Suasana di antara para prajurit menjadi canggung, mereka tidak tahu harus berekspresi seperti apa saat melihat panglima mereka menjadi sangat penurut di hadapan seorang pria. Padahal, dulu Rhaella sangat kesal apabila ada seseorang yang melarang dia melakukan sesuatu.

Panglima mereka pasti sudah jatuh cinta terlalu dalam sampai-sampai hatinya yang sekeras batu menjadi lebih lunak.

“Oh, Rullin. Omong-omong, kita belum bertemu dengan hadiahmu,” kata Rhaella memecah keheningan.

Rullin mengerutkan keningnya, merasa bingung mengapa Rhaella menggunakan kata ‘bertemu’ alih-alih melihat hadiah.

Bertepatan dengan Rullin yang ingin membuka mulut, pria itu mendengar ada seseorang yang memanggil namanya dari kejauhan.

“Rullin!” teriak seorang wanita yang baru saja keluar dari salah satu rumah. “Rullin! Kau benar-benar Rullin?!”

Seketika Rullin tercekat, lidahnya terasa keluh, dan sekujur tubuhnya membeku. Perlahan manik matanya bergerak ke arah orang-orang di sekitarnya untuk memastikan bahwa wanita yang ia lihat itu bukanlah sebuah ilusi.

“Ibu! Rullin bisa keluar dari Milana dan akhirnya datang ke sini!!” wanita itu kembali masuk ke dalam rumah dan berusaha menarik ibunya untuk keluar.

Begitu dua wanita itu keluar dari rumah lagi, Rullin akhirnya mampu melangkahkan kakinya secara perlahan. Kedua matanya berkaca-kaca dan hanya terpaku kepada mereka.

Samar-samar, Rullin bisa mendengar Rhaella berbicara di sampingnya. “Mereka adalah hadiahmu, Rullin. Keluargamu diselamatkan oleh prajuritku saat mereka melarikan diri ke hutan.”

Rullin tidak membalas ucapan Rhaella karena kakinya mulai melangkah semakin cepat, seakan tidak sabar untuk menghampiri dua wanita yang juga ikut berlari ke arahnya.

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang