BAB 3 : Dua Selir dan Satu Bangsawan

597 50 3
                                    

Tok .. Tok ..

“Yang Mulia, kami sudah datang.”

Rhaella membalas. “Masuklah.”

Pintu ruangan terbuka, menampakkan sosok Nino Azkar dan Horus Lubov yang melangkah masuk. Keduanya mempunyai fitur wajah rupawan yang dapat menyilaukan mata. Jika wajah Nino terlihat lembut dan halus, maka wajah Horus tampak lebih tajam dan tegas.

Semua wanita yang melihat kedua selir ini pasti akan merasa bila Rhaella merupakan wanita yang beruntung karena mampu menaklukan dua pria gemilang.

Di belakang mereka, Dasha dan beberapa pelayan juga ingin memasuki ruangan untuk memeriksa kondisi Rhaella. Namun, wanita itu dengan cepat berkata. “Kalian semua keluarlah, biarkan Nino dan Horus yang menemaniku di sini.”

Dasha dengan cepat mendorong para pelayan untuk mundur, kemudian membungkukkan kepalanya sedikit. “Kalau begitu saya undur diri, Yang Mulia.”

Sebelum Dasha menutup pintu, kepala pelayan itu sempat menggelengkan kepalanya sebab berpikir Rhaella sudah tidak waras. Bagaimana mungkin dia sanggup bermain bersama dua pria dengan tubuhnya yang ringkih itu?

Dasha tidak tahu dan sejujurnya juga tidak mau tahu.

Dasha setidaknya sudah melayani Rhaella sejak wanita itu masih sangat muda. Dahulu dia berpikir bila Rhaella akan tumbuh menjadi wanita anggun yang lembun dan bijaksana. Tapi, siapa yang menyangka bila gadis kecil itu akan tumbuh menjadi wanita yang kasar dan tak tahu malu.

Begitu pintu tertutup, Nino langsung tertawa kecil. “Yang Mulia, tampaknya para pelayan semakin salah paham kepadamu. Apa Anda tidak melihat wajah kepala pelayan itu tadi? Dia pasti sedang bertanya – tanya bagaimana bisa Anda melayani dua pria sekaligus!”

“Nino, jaga ucapanmu,” peringat Horus.

Nino berdecak, “Horus, kau selalu saja kaku.”

Rhaella bangkit dari tempat tidur, kemudian berjalan ke sofa yang ada di samping jendela. “Cepat duduk dan tuangkan aku teh.”

“Yang Mulia, wajahmu terlihat pucat. Apa kesehatan Anda memburuk lagi?” tanya Horus seraya duduk di hadapan Rhaella.

Nino lantas menuangkan secangkir teh, lalu memberikannya kepada Rhaella. “Kenapa langsung memanggil kami begitu Anda datang? Tubuh Anda pasti tidak nyaman setelah menempuh perjalanan jauh ke istana utama.”

Rhaella balik bertanya, “Kalian pasti sudah mendengar peristiwa yang terjadi di rapat istana, kan?”

Nino tersenyum, kemudian menatap Rhaella dengan bangga. “Tentu saja tahu, mana mungkin ada berita besar yang luput dari pendengaran saya.”

“Saya juga sudah mendengar keributan yang Anda lakukan di halaman depan,” Nino melanjutkan, “Kesehatan Anda memburuk pasti karena kelepasan menggunakan kekuatan spiritual, bukan? Yang Mulia, Anda seharusnya tidak bertindak terlalu jauh.”

Bulu mata Rhaella jatuh saat dia merunduk, pandangan matanya mengarah ke uap panas yang menguar dari dalam cangkir teh. “Lantas aku harus bagaimana? Selain Dasha yang sudah menemaniku sejak kecil, seluruh pelayan, prajurit, dan penjaga yang ada di rumah ini merupakan bawahan dari Kaisar. Jika aku tidak berperilaku kasar kepada Rullin, mereka mungkin akan menyebarkan rumor bahwa aku memang bersekutu dengan Negara Alcander.”

Rhaella tidak menyukai kekerasan tanpa nurani. Namun, dia juga mampu menghapus nuraninya demi menyelamatkan namanya.

Rhaella menghela napas. “Kaisar itu … benar-benar membuat kepalaku sakit. Bahkan aku harus membuat kalian menjadi selirku supaya tidak dicurigai.”

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang