BAB 40 : Persiapan Pesta

209 31 0
                                    

Dua minggu kemudian, hari perayaan akhirnya tiba. Semenjak pagi, Dasha dan para pelayan sudah disibukkan mempersiapkan Rhaella untuk menghadiri hari perayaan.

Selama menjadi pelayan di Istana Barat, para pelayan sangat jarang mendapatkan kesempatan untuk mendandani Rhaella, karena wanita itu lebih sering tinggal di kamp militer atau medan perang, sehingga jarang menghadiri acara formal kerajaan. Sekalinya hadir, Rhaella selalu datang dengan menggunakan seragam militer dengan alasan tidak punya waktu untuk berganti pakaian.

Namun, sekarang Rhaella sudah tidak bisa mengenakan seragam militer karena jabatannya sudah dicabut, sehingga mau tidak mau, dia harus menggunakan gaun dan berdandan sebagai putri dari Negara Milana, bukan seorang panglima perang lagi.

Karena itulah, pelayan-pelayan yang ada di Istana Barat sangat antusias dalam memakaikan gaun berumbai dan perhiasan ke tubuh Rhaella.

Sementara Rhaella harus menahan diri supaya tidak mengamuk tatkala para pelayan menarik korset sampai Rhaella kesulitan bernapas, kemudian memasangkan gaun yang memiliki banyak lapisan di tubuhnya.

Kesabaran Rhaella semakin diuji saat mereka memaksa Rhaella supaya tetap diam di kursi tatkala beberapa pelayan mulai menata rambut serta merias wajahnya.

"Dasha, apa kamu punya dendam denganku sampai menyiksaku seperti ini?" protes Rhaella ketika Dasha melarangnya bernapas terlalu keras supaya perias bisa membubuhkan riasan dengan stabil.

"Yang Mulia, Anda hanya perlu menahan diri sebentar lagi."

Rhaella mendengus. "Dua jam yang lalu juga kamu bilang begitu, tapi tidak selesai juga. Dasha, kalau kamu memintaku diam selama dua jam lagi, bisa-bisa aku mati!"

Dasha tidak mengindahkan ucapan Rhaella yang dramatis, dia meminta para pelayan mempercepat pekerjaan mereka supaya Rhaella bisa berhenti mengomel.

Tak lama kemudian, seluruh pelayan yang ada di sekitar Rhaella akhirnya mengangkat tangan mereka, lalu menjauh dari tempat duduk Rhaella.

"Yang Mulia, kami sudah selesai merias, Anda boleh membuka mata," kata Dasha.

Rhaella yang sudah hampir mengantuk akhirnya membuka matanya dengan cepat, tetapi langsung terkesima tatkala melihat refleksinya sendiri pada cermin.

"Berdirilah, Yang Mulia." Dasha dan satu pelayan lain memegang tangan Rharlla, berusaha membantu wanita itu supaya bisa berdiri.

Rhaella perlahan mendekatkan wajahnya ke cermin, berusaha memastikan bahwa wanita di pantulan kaca benar-benar dirinya sendiri.

Karena menurut Rhaella, penampilannya sekarang terlalu berbeda, seperti sebuah berlian yang sudah dipoles sampai dipenuhi kilau yang mampu membutakan mata seseorang.

Riasan dibubuhkan ke wajah Rhaella, warna merah menghiasi pipi dan bibir Rhaella, membuat wajahnya terlihat lebih cantik sekaligus manis. Kecantikan Rhaella bertambah berkat rambut hitamnya sudah ditata sedemikian rupa, bagian belakang rambutnya digelung sampai ke atas, lalu dihias menggunakan kepangan-kepangan kecil dari sisa rambutnya.

Ketika Rhaella menundukkan kepalanya, dia mampu melihat keseluruhan gaun yang sedang ia kenakan. Gaun itu berwarna keemasan, memiliki rumbai-rumbai di bagian bawah sehingga tampak mengembang, sementara di bagian atasnya menggunakan brokat. Payet berlian-berlian kecil dijahit secara acak pada bagian roknya, membuat pantulan cahaya terbiaskan setiap kali Rhaella berdiri di bawah lampu.

"Bagaimana Yang Mulia? Tidakkah Anda sangat cantik?" tanya Dasha yang sudah tersenyum sejak tadi.

Rhaella mengedipkan kelopak matanya beberapa kali supaya tersadar dari lamunannya. "Tidak sia-sia aku membiarkan kalian menyiksaku selama beberapa jam."

Ketika Rhaella masih mengagumi kecantikannya sendiri di depan cermin, suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan.

"Yang Mulia, selir Anda sudah siap dan akan menunggu Anda di halaman depan," kata seorang pelayan dari luar.

Senyuman terangkat tinggi di wajah Rhaella saat tahu Rullin sudah menunggunya.

"Dasha, Rullin sudah menggunakan pakaian formal, kan?" tanya Rhaella dengan antusias.

Dasha mengangguk. "Saya sudah meminta pelayan untuk memakaikannya ke selir Anda, Yang Mulia."

Tidak ingin membiarkan Rullin menunggu lama, Rhaella bergegas pergi ke halaman, tetapi dia tidak bisa berlari karena gaunnya terlalu panjang dan merepotkan.

Sesampainya di halaman, Rhaella terpana saat melihat sosok Rullin yang tengah berdiri di samping kereta kuda.

Penampilan Rullin sangat berbeda hari ini, dia bahkan terlihat seperti seorang bangsawan yang memiliki kedudukan tinggi, persis seperti penampilannya saat masih menjadi kaisar di Negara Alcander.

Rullin menggunakan pakaian formal bangsawan yang sudah dibuatkan oleh penjahit pribadi Rhaella. Pakaian itu berwarna hitam dengan aksen emas, jubah panjang tersamping di bahu Rullin, memberikan kesan tegap dan kuat kepada pria itu.

Jika saja Rullin tidak menggunakan simpai budak di lehernya, dia mungkin akan terlihat seperti bangsawan yang terhormat.

"Rullin!"

Suara panggilan Rhaella membuat Rullin mengangkat kepalanya. Kedua orang itu sama-sama terpana setelah saling memperhatikan. Rullin bahkan merasa jantungnya berdetak begitu kuat tatkala melihat penampilan Rhaella yang sangat berkilauan.

"Yang Mulia, kamu ... sangat cantik hari ini."

Terlalu cantik sampai-sampai Rullin tidak mampu mengalihkan pandangannya dari sosok Rhaella.

"Hari ini? Artinya di hari-hari sebelumnya aku tidak cantik?"

Rullin menghembuskan napas lelah, merasa kesal dengan Rhaella yang selalu merusak momen indah mereka.

"Kamu selalu cantik, Yang Mulia," pasrah Rullin.

Rhaella lantas tersenyum manis, tetapi ucapan yang dia lontarkan tidak semanis wajahnya. "Kamu juga tampan hari ini, Rullin. Aku jadi ingin membiarkan kamu mengikatku di ranjang, kemudian menyetubuhiku sampai pagi."

"Rhaella! Kamu benar-benar tidak tahu malu!" seru Rullin.

Rhaella hanya menanggapi kekesalan Rullin dnegan tawa, kemudian mengajak Rullin untuk segera masuk ke dalam kereta kuda, mengingat pestanya akan segera dimulai satu jam lagi.

• • •

Ketika kereta kuda yang Rullin dan Rhaella tumpangi berhenti di depan pintu masuk istana. Prajurit membukakan pintu kereta dan membantu Rhaella untuk turun dari kereta.

Tatapan banyak bangsawan yang baru datang tertuju kepada Rhaella dan Rullin, berniat untuk mengolok-ngolok kehadiran mereka, meski akhirnya bungkam karena terlalu terpana dengan penampilan keduanya.

Hal itulah, alasan mengapa Rhaella meminta para pelayan menata penampilan mereka hingga sedemikian rupa. Karena orang-orang cenderung tidak berani menggertak seseorang yang memiliki penampilan menarik dan terlihat percaya diri.

Saat ingin memasuki pintu istana, Rullin berniat untuk berjalan di samping Rhaella, tetapi dia urungkan begitu mendengar perintah Rhaella. "Ingat posisimu, budak. Berjalan di belakangku."

Rhaella mengatakan itu dengan intonasi dingin dan tidak berperasaan, membuat orang-orang di sekitar mereka berpikir kalau Rhaella sedang marah kepada Rullin karena harus membawa budak ke dalam pesta.

Walau sesungguhnya, semua itu hanyalah sandiwara.

Sikap acuhnya kepada Rullin itu hanyalah sebuah topeng supaya tidak ada yang berpikir kalau mereka memiliki hubungan khusus.

"Yang Mulia Putri, Rhaella Rhoxolany dan selirnya, Rullin Vedenin telah sampai!" seru seorang pelayan istana yang selalu menyebutkan nama bangsawan yang baru hadir.

Suara bisikan sontak terdengar dari seluruh penjuru aula. Seluruh kalangan, dari bangsawan hingga pelayan mulai membicarakan Rhaella Rhoxolany yang dengan percaya dirinya membawa seorang selir.

Mereka bahkan mulai menyebarkan rumor bahwa Rhaella adalah wanita mesum yang ingin bercinta dengan banyak pria, makanya dia tidak kunjung menikah hingga memasuki usia 28 tahun.

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang