BAB 51 : Kebutaan

269 39 4
                                    

Tak butuh waktu lama bagi Rullin untuk menyadari situasi Rhaella. “Matamu tidak bisa melihat?”

Rhaella menanggapi dengan ringan. “Masih, tapi terlihat sangat buram, mungkin minggu depan aku akan buta. Ya, tidak masalah, tidak ada hal yang menarik juga untuk dilihat.”

“Rhaella, jangan berbicara omong kosong. Aku tahu hal itu tidak mudah untukmu.”

Rhaella terdiam, dia mendengus kasar lalu menundukkan kepala, menghilangkan senyumannya yang palsu. “Baiklah, aku akan jujur. Rasanya menyebalkan, padahal aku sudah punya rencana untuk melihat musim gugur bersamamu tahun ini. Daun-daun yang kulihat bahkan masih kuning dan belum gugur, tapi aku malah tidak bisa melihat lagi.”

“Rullin, rasanya benar-benar menyebalkan.”

Rullin ingin menyentuh Rhaella, tetapi tangannya masih kaku akibat pengobatan. Sementara Rhaella juga tidak bisa sembarangan menyentuh Rullin selagi tubuh pria itu masih dipenuhi oleh jarum.

“Tetaplah duduk di dekatku, nanti biarkan Nikolai memeriksa matamu,” kata Rullin dengan intonasi lembut.

Rhaella mengangguk patuh, karena dia juga tidak memiliki keinginan untuk pergi saat penglihatannya sedang buruk.

“Kita bisa melihat musim gugur bersama tahun depan, Rhaella,” Rullin melanjutkan, “Bukan hanya tahun depan, tetapi juga tahun-tahun berikutnya, entah itu dua tahun, lima tahun, atau sepuluh tahun lagi.”

Selama apapun, Rullin pasti akan menemani Rhaella.

“Ya, kita pasti bisa melakukannya, Rullin.”

Asalkan Rhaella masih hidup dan bernapas, maka mereka pasti mampu berdampingan dalam kurun waktu yang sangat lama.

Berselang beberapa jam kemudian, Nikolai datang ke ruangan mereka untuk mencabut jarum di tubuh Rullin, tapi alangkah terkejutnya Nikolai saat mendapati Rhaella tidak lagi mampu melihat dengan jelas.

Di bawah tekanan Rullin, Nikolai mulai memeriksa Rhaella secara seksama, berusaha mencari jalan untuk mengembalikan penglihatan Rhaella. Akan tetapi, selama apapun Nikolai memeriksa, hasilnya sama sekali tidak berubah.

“Maaf, Yang Mulia. Tapi obat yang saya berikan sudah tidak mampu mencegah penurunan indra Yang Mulia,” kata Nikolai.

“Begitukah?” Rhaella tersenyum sendu, tangannya turut mengetuk-ngetuk cangkir obat yang ia pegang. “Kira-kira, kapan aku akan kehilangan penglihatanku secara total?”

Nikolai, “Mungkin sekitar dua atau tiga hari lagi, Yang Mulia.”

Saat mendengar pernyataan itu, bukan hanya Rhaella yang merasa kecewa, tapi juga Rullin. Apalagi saat Rullin ingat bahwa dia belum bisa bergerak banyak sampai satu minggu ke depan.

Walaupun pengobatan hanya berlangsung selama lima jam, namun tubuh Rullin tetap tidak bisa bergerak banyak akibat kelelahan, sehingga dia tidak akan mampu menuntun Rhaella saat wanita itu kehilangan penglihatan.

“Rhaella, sampai aku pulih, sebaiknya kamu tetap berada di kamar. Aku tidak mau hal buruk menimpa kamu.”

Rhaella menggendikan bahunya, kemudian membalas, “Ya, aku tidak akan kemana-mana. Lagipula, pergi keluar juga tak berguna karena aku tidak bisa melihat apapun.”

Ketika berkeliaran di luar kamar, hal yang paling Rhaella senangi adalah memandang hamparan bunga di taman atau memperhatikan arakan awan yang bergerak di langit biru.

Namun, sekarang kesenangan itu sudah terenggut dari Rhaella, sehingga pergi keluar akan terasa hambar, apalagi Rullin juga tidak bisa menemaninya berjalan di luar.

“Rullin, sepertinya kita akan terjebak di dalam kamar ini sampai satu minggu ke depan,” kata Rhaella, berusaha mencari-cari kabar bahagia di antara keterpurukannya.

Rullin yang sudah bisa bergerak sedikit mulai mengangkat tangannya, kemudian meraih wajah Rhaella. “Bertahanlah, Rhaella. Setelah aku sembuh, kita pasti juga bisa menyembuhkan kamu.”

• •

Malam itu, Rhaella memaksakan diri untuk tidur di sebelah Rullin,  dan Rullin juga tidak protes saat Rhaella memeluknya sepanjang malam. Kemungkinan besar, alasan Rhaella tiba-tiba bertingkah seperti itu karena sedang membutuhkan hiburan.

“Rullin, apa langit tampak cerah hari ini?” tanya Rhaella.

Rullin yang mampu melihat hamparan langit malam melalui kisi-kisi jendela mengangguk. “Ya, hari ini langitnya terlihat cerah. Ada banyak bintang yang berhamburan, bahkan rembulan juga bersinar malam ini.”

Rhaella tertawa. “Kemarin, saat aku masih bisa melihat, bulan dan bintang tidak muncul. Tapi saat aku kehilangan penglihatan, mereka malah muncul dengan jelas.”

Rullin sangat mengerti bila tawa yang dilontarkan oleh Rhaella hanyalah sarkastik belaka, sebuah hiburan yang Rhaella buat untuk menyenangkan hatinya.

“Aku bisa mendeskripsikan setiap pemandangan yang kulihat kepadamu. Dengan begitu, kamu mampu membayangkannya di dalam benakmu.”

Rhaella, “Maka kamu harus terus menemaniku, Rullin.”

“Sudah kukatakan berulang kali, aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”

Dan sekali Rullin berjanji, maka dia tidak akan pernah mengingkarinya.

• •

Waktu lantas berputar dengan cepat, dedaunan di atas ranting akhirnya sudah berubah kekuningan dan perlahan mulai menjadi merah, terlihat begitu indah dan memberikan kesan yang menenangkan.

Sayangnya, tatkala musim gugur resmi dimulai, Rhaella kehilangan penglihatannya secara total, membuat kehidupan wanita itu hanya diisi oleh warna hitam yang pekat.

Namun, terdapat pula kabar baik yang datang dari sisi Rullin. Ketika pengobatan pria itu mencapai tahap akhir, tubuh Rullin sudah bisa bergerak dengan bebas, bahkan mampu berjalan dengan kedua kakinya lagi.

Hal pertama yang Rullin lakukan saat dia bisa bergerak adalah berjalan menuju Rhaella dan memeluk wanita itu dengan erat. “Rhaella, sebentar lagi aku sudah hampir sembuh.”

Rhaella tersenyum, kemuian meraba-raba wajah Rullin yang berada tepat di hadapannya. “Apa kekuatanmu juga sudah mulai pulih?”

“Kurasa,” Rullin lantas memanggil api di tangannya, dan secara mengejutkan, kobaran api yang lumayan besar terpanggil, kobaran itu bahkan mampu membuat Rullin merasa terkejut.

“Kamu sudah bisa memanggil api?” tanya Rhaella yang mampu merasakan hawa panas yang dihasilkan oleh kekuatan sihir Rullin.

“Ya, aku sudah mampu melakukannya. Tapi kekuatan sihirku masih tidak terkendali setelah begitu lama terpendam,” balas Rullin.

Sebelum Rhaella bisa membalas, Rullin sudah lebih dahulu menggenggam kedua tangan Rhaella, kemudian mengalirkan suhu hangat ke tubuh wanita itu. “Tapi kabar baiknya, kamu tidak lagi memerlukan tungku api untuk menghangatkan diri selagi kamu bersamaku.”

Kehangatan yang diberikan oleh Rullin membuat Rhaella merasa terlena, sampai-sampai wanita itu tidak mau melepaskan genggaman tangan mereka.

“Rullin, apa kamu sudah bisa berjalan-jalan keluar?”

“Jika hanya berjalan-jalan di sekitar halaman istana, aku tentu bisa melakukannya. Kamu ingin berjalan-jalan bersamaku?” tawar Rullin.

Dalam hitungan detik, Rhaella segera mengangguk cepat. “Ya! Aku benar-benar ingin pergi keluar. Terus berada di dalam kamar ini sungguh membuatku muak dan ingin muntah.”

Rullin tertawa sebagai tanggapan, tahu bila Rhaella sangat suka berada di luar ruangan, sehingga terkurung di dalam kamar selama satu minggu penuh tentu akan membuatnya jenuh.

“Asal kamu berjanji akam terus memegang tanganku saat di luar, maka aku akan membawamu berjalan-jalan di taman.”

Rhaella masih berada di tahap adaptasi dengan kondisi tubuhnya sekarang, sehingga dia masih harus bergantung kepada orang lain untuk membantunya berjalan.

“Tentu! Tentu! Aku janji tidak akan melepaskan tanganmu walau hanya satu detik!”

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang