BAB 4 : Merawat Paksa

478 51 2
                                    

Selama tiga hari, tabib berusaha menyembuhkan luka – luka yang ada di tubuh Rullin. Namun, Rullin selalu bersikeras tidak mau meminum obat yang diberikan oleh tabib sehingga waktu pemulihannya sangat lamban. Tabib bahkan tidak mampu membalut luka Rullin dengan benar, karena Rullin selalu mendorongnya untuk menjauh setiap kali sang tabib menyentuh tubuh Rullin.

Perilaku Rullin ini akhirnya sampai ke telinga Rhaella. Tabib bernama Valli itu mengaku tidak sanggup untuk merawat Rullin yang selalu melawan dan tak mau meminum obat racikannya.

Setelah mendengar aduan dari Valli, Rhaella langsung berkunjung ke halaman rumah budak untuk melihat kondisi Rullin.

Valli dan Dasha berjalan di samping Rhaella, berpikir bila wanita itu pasti akan marah besar kepada Rullin karena sudah menyia – nyiakan perbuatan baik yang diberikan oleh Rhaella.

“Dia sama sekali tidak pernah meminum obatnya?” tanya Rhaella.

“Tidak, Yang Mulia. Walaupun dia meminum obatnya di hadapan hamba, budak itu pasti akan segera memuntahkannya begitu hamba keluar dari ruangan.”

“Yang Mulia sudah bermurah hati kepadanya! Tapi bisa – bisanya budak sialan itu bertingkah kurang ajar!” seru Dasha, berusaha memanas-manasi hati Rhaella.

Akan tetapi, wanita itu tetap bersikap tenang selayaknya embun pagi. Tidak ada ekspresi marah di wajahnya, karena dia sudah menduga bahwa Rullin pasti akan menolak pengobatannya.

“Tabib, berikan aku obatnya,” pinta Rhaella.

Valli memberikan sebuah nampan berisikan semangkuk obat seduh kepada Rhaella. Begitu mereka sampai di depan pintu ruangan Rullin. Rhaella memerintahkan Valli dan Dasha untuk meninggalkannya berdua dengan Rullin.

“Yang Mulia, walau sedang terluka, budak itu tetap berbahaya. Saya tidak mungkin membiarkan Anda sendirian dengannya,” kata Dasha.

Rhaella, “Dia mengenakan simpai budak. Jika dia berani menyerangku, maka aku akan mencekiknya sampai mati. Sekarang pergilah dan beritahu pelayan untuk membawa makan siangku ke ruangan Rullin.”

Dasha terkejut, “Anda ingin makan bersama budak itu?”

“Aku harus memastikannya untuk minum obat dan tidak melepas perban begitu aku keluar. Minggu depan pertarungan gladiator akan segera dibuka, jika Rullin masih belum sembuh, aku tidak bisa mendaftarkannya untuk bertanding.”

“Anda bisa menggunakan budak lain untuk mendaftar sebagai gladiator.”

“Tidak mau, budak lain tidak ada yang sekuat Rullin. Aku tidak mau sampai rugi jika mendaftarkan sembarang budak. Bulan lalu saja aku sudah rugi karena kamu membawakanku budak yang lemah.”

Dasha menundukkan kepalanya dan langsung berkata, “Maafkan saya, Yang Mulia. Hamba ini tidak becus dalam menjalankan tugas.”

Rhaella menggerakan tangannya ke samping, “Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Cepat pergilah dan bawakan makan siangku.”

“Baik, Yang Mulia.”

Usai melihat kepergian Valli dan Dasha. Rhaella lantas membuka pintu ruangan untuk melihat kondisi Rullin, tetapi ia malah di hadapkan dengan cangkir yang melayang ke arah kepalanya.

Beruntung reflek Rhaella sangat bagus, sehingga dia mampu menghindar dengan mulus dari lemparan cangkir itu.

Prang!

Cangkir tersebut pecah menjadi kepingan-kepingan tajam begitu menghantam lantai. Rullin yang sedang duduk di atas tempat tidur sedikit terkejut saat melihat Rhaella yang datang alih-alih Valli. Tapi keterkejutannya berubah menjadi rasa puas karena berhasil menumpahkan sedikit kemarahannya pada anggota Keluarga Rhoxolany.

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang