BAB 7 : Pertarungan Gladiator - Bagian 2

321 47 0
                                    

Ketika Scorpion tengah berusaha menyeimbangkan kakinya yang kesakitan. Rullin segera berlari menuju pedangnya yang terlempar jauh, dia bergerak secepat angin dan berusaha keras untuk mendapatkan momentum yang tepat supaya mampu menyerang Scorpion selagi dia menahan sakit.

Akan tetapi, tatkala Rullin hanya berjarak beberapa inchi dari pedangnya. Matanya menangkap ada bayangan senjata besar tengah melayang ke arahnya. Rullin sontak menahan laju kakinya dan mundur beberapa langkah.

Brak!

Kapak raksasa milik Scorpion jatuh tepat di hadapan mata Rullin. Bila saja pria itu terlambat beberapa detik saja, maka dia pasti sudah menjadi bubur daging di tanah. Rullin lantas menoleh, mendapati Scorpion tengah berlari cepat ke arahnya dengan kaki yang terseok-seok.

"Kau ini manusia atau apa?" tanya Rullin, lebih kepada dirinya sendiri.

Scorpion sudah menderita luka tusukan pedang di lengannya, dan kaki kirinya menderita luka parah. Namun, gladiator besar itu tetap bertarung tanpa kenal lelah. Rullin bahkan sama sekali tidak mendengar suara helaan napas Scorpion, seakan-akan pria itu memang tidak bernapas.

Sebelum Scorpion mencapai tempat Rullin, Rullin lebih dahulu berputar mengitari kapak, dan mengambil pedangnya yang tertancap di tanah. Dia menumpukkan kakinya dengan kuat di tanah, sebelum akhirnya melompat tinggi dan melingkarkan kakinya di leher Scorpion.

Scorpion sontak mengamuk, dia melakukan segala cara untuk menarik Rullin dari atas bahunya. Gladiator raksasa itu bahkan tidak perduli apabila pukulannya mengenai dirinya sendiri, satu-satunya hal yang dia inginkan hanyalah menang dan membunuh Rullin.

Rullin berputar dengan kaki di leher Scorpion, sehingga kini ia berada tepat di belakang kepala Scorpion. Tanpa membuang waktu, Rullin segera menghantamkan perisainya ke kepala Scorpion, membuat gladiator itu berteriak.

"Apa sampai mati pun kau tidak akan berbicara?! Mengapa sedari awal hanya mengaum seperti binatang liar?!" teriak Rullin di belakang Scorpion.

Setidaknya kata-kata umpatan akan terdengar lebih menyenangkan dibandingkan dengan suara auman yang keluar dari manusia.

Karena tidak mendapatkan balasan, Rullin akhirnya mengeratkan kakinya di leher Scorpion, sehingga membuat gladiator itu tercekik dan kesulitan bernapas. Beberapa saat kemudian, Scorpion akhirnya rubuh ke tanah karena tidak kuasa mempertahankan keseimbangannya, akibat Rullin terus menghantamkan perisai ke kepalanya berulang kali.

Rullin segera melompat supaya tidak tertiban oleh tubuh besar Scorpion. Dia membuang napas dengan terengah-engah, beberapa lukanya yang belum terlalu pulih bahkan mulai terbuka kembali, dan membuat Rullin merasa sedikit pusing.

Kemudian Rullin mengangkat pedangnya begitu tinggi ke udara, bersiap untuk menikam bahu Scorpion supaya gladiator itu kesulitan bergerak lagi. Walau peraturan gladiator menyebutkan bahwa pertarungan akan berakhir bila salah satu dari gladiator mati, tapi pertarungan juga bisa dinyatakan selesai apabila salah satu dari mereka sekarat dan tak mampu bergerak.

Karena itulah, Rullin tidak berniat untuk membunuh Scorpion. Sebab gladiator yang sedang terkapar ini hanyalah seorang budak yang dipaksa untuk bertarung, sehingga Rullin merasa enggan untuk membunuhnya.

Akan tetapi, begitu Rullin ingin menghujamkan pedang ke bahu Scorpion. Dia merasakan adanya hembusan angin yang memiringkan pedangnya, sehingga Rullin berakhir menusuk jantung Scorpion.

Kras!

Pedang besar dan berat tersebut tertanam jauh ke dalam dada Scorpion, menghentikkan jantung gladiator itu secara mutlak. Darah mengalir dari luka yang diciptakan Rullin, mengalir begitu deras sampai menggenang di bawah tubuh Scorpion.

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang