BAB 13 : Kota Araya

335 41 0
                                    

Perjalanan menuju Kota Araya kembali dilanjutkan tatkala matahari terbit. Beberapa anggota suku barbar menyamar menjadi prajurit Rhaella, karena prajurit yang Rhaella bawa telah dibunuh oleh mereka tanpa tersisa. Horus dan Nino pun ikut menyamar untuk memastikan keselamatan Rhaella selama mereka melintasi Hutan Leuco.

Di sepanjang perjalanan, Rhaella tidak banyak berbicara sebab ia menghabiskan hampir keseluruhan waktunya untuk tidur, baik saat mereka sedang berkemah di hutan atau ketika berada di kereta kuda.

Menurut keterangan dari Dasha, Rhaella memang selalu banyak tidur setiap kali penyakitnya kambuh. Mungkin itu adalah cara Rhaella untuk mengembalikan energinya atau juga karena dia tidak tahan menanggung rasa sakit yang menyerang tubuhnya saat dia bangun.

Selama di perjalanan, Rullin tanpa sadar menumbuhkan kebiasaan untuk melihat wajah Rhaella yang sedang tidur di dalam kereta kuda. Kadang-kadang, pria itu akan melihat alis Rhaella berkerut di tengah tidurnya atau mendengar rintihan tidak nyaman keluar dari bibir wanita itu.

Bahkan ketika tertidur, kutukan iblis masih membawakan mimpi buruk kepada Rhaella.

Tatkala kereta kuda mulai memasuki Kota Araya, Rhaella membuka matanya, menampakkan kedua manik sebiru lautan yang gemetar selama beberapa saat.

Rullin sontak mengalihkan pandangannya ke luar jendela begitu Rhaella mengangkat kepalanya.

“Kita sudah sampai?” tanya Rhaella, suaranya masih terdengar serak setelah tidur sejak pagi.

Rullin membalas singkat, “Kurasa.”

Dengan susah payah, Rhaella menegakkan punggungnya, kemudian merapihkan pakaian serta rambutnya yang berantakan.

“Berapa lama aku tidur?”

“Mungkin beberapa jam,” balas Rullin.

Rhaella tersenyum. “Maaf, kau pasti kesepian karena tidak ada yang mengajakmu berbicara di kereta.”

Rullin memutar bola matanya dan berdecak malas, “Aku lebih senang jika kamu tetap diam.”

Rhaella hanya tertawa sebagai tanggapan, mungkin terlalu lelah untuk ribut hari ini. Seluruh persendiannya juga terasa sakit, sehingga Rhaella berusaha keras menahan rintihannya tatkala ia bergerak.

Sebelum kereta berhenti sepenuhnya, Rhaella mengambil botol obat, kemudian menenggak beberapa butir obat dalam satu kali minum.

Rullin sontak merebut botol obat itu dari tangan Rhaella, kemudian berseru, “Kamu tidak waras?! Bagaimana kamu bisa menenggak begitu banyak obat dalam satu kali minum?! Keluarkan lagi obat-obat itu dari mulutmu.”

Alih-alih menuruti permintaan Rullin, Rhaella malah menelannya dalam waktu singkat. “Sudah kutelan dan tidak akan kumuntahkan.”

“Rhaella Rhoxolany! Kau ingin cepat mati?!”

Rhaella menertawakan sikap Rullin yang tampak berlebihan. Padahal, Rullin sejak kemarin selalu saja mengharapkan kematian Rhaella, tapi kini malah bertanya seperti itu.

“Aku tidak ingin mati, makanya menelan banyak obat.” Rhaella berkata sambil merenggangkan tubuhnya. “Lihat, aku sekarang sudah lebih segar.”

Rhaella menampakkan senyuman terbaiknya di hadapan Rullin. Meski pada kenyataannya, bagian dalam tubuhnya terasa seperti tengah diaduk sampai membuatnya mual. Obat-obat itu sesungguhnya Rhaella gunakan untuk mendongkrak stamina dan kekuatan sihirnya dalam waktu singkat, tetapi ia harus menanggung rasa mual selama beberapa saat.

Tak hanya itu, obat-obat tersebut tidak akan bertahan lama, paling-paling hanya mampu meningkatkan stamina hingga satu jam ke depan. Setelah itu, Rhaella akan sakit selama beberapa hari.

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang