BAB 26 : Penawar

294 41 1
                                    

Ketika Rullin pertama kali bercerita bila rakyatnya dikendalikan oleh Erik Rhoxolany menggunakan asap pengendali pikiran, Rhaella beranggapan bahwa Rullin akan membunuhnya apabila tahu pencipta asli dari asap pengendali pikiran itu.

Namun, tindakan seseorang memang tidak sepatutnya diterka-terka. Karena beum tentu orang lain akan bertindak sesuai dengan pikiran seseorang.

Perilaku Rullin yang terlihat tenang juga tidak dapat diterka oleh Rhaella. Sang Kaisar yang jatuh itu sama sekali tidak berteriak marah atau memukul Rhaella sebagai balasan atas asap pengendali pikiran.

Alih-alih bersikap kasar, Rullin malah menggenggam tangan Rhaella dan berusaha meyakinkan Rhaella bahwa kejatuhan Alcander bukan salah wanita itu.

“Rullin, kenapa kamu begitu baik kepadaku?”

Rullin, “Setelah menemukan wanita yang kucintai selama tujuh tahun, bagaimana mungkin aku sanggup untuk marah?”

Rhaella tersenyum sebagai balasan. “Rullin, seorang kaisar harusnya tidak bisa dilemahkan oleh cinta.”

“Lalu bagaimana denganmu sendiri, Panglima? Bukankah kamu tidak mau menyerang negaraku tiga tahun yang lalu, karena kamu mencintaiku.”

Bagi orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi seperti Rullin dan Rhaella, mereka sepatutnya mengedepankan logika daripada hati. Bahkan Rhaella pernah mendengar bahwa seorang Panglima Perang harusnya mampu membunuh kekasihnya sendiri apabila memang diperlukan.

Akan tetapi, Rhaella tidak akan bisa melakukannya, jika seandainya Rullin Vedenin berdiri di pihak musuh dan dia harus membunuh Rullin, maka Rhaella lebih memilih untuk bunuh diri dibanding harus melihat kekasihnya mati di tangannya sendiri.

“Sekarang bukan waktunya untuk menyalahkan diri sendiri, Yang Mulia. Sebaiknya, kamu membuat banyak penawar untuk menetralkan asap pengendali pikiran karena aku yakin Yeva akan kembali menggunakan asap itu untuk menjatuhkan negara lain,” kata Rullin.

Hal yang diucapkan oleh Rullin masuk akal. Daripada Rhaella meratapi dosanya di masa lalu, lebih baik dia berusaha mencegah hal yang sama terulang lagi.

“Jika mau membuat penawar dari asap pengendali pikiran, maka kita membutuhkan bunga callosa dan bunga astia.”

Rullin membalas dengan bingung, “Kenapa kamu memakai bunga callosa? Bunga itu bukannya memiliki racun?”

Rhaella mengangguk, “Benar, bunga callosa memiliki dua jenis racun mematikan yang mampu membunuh manusia dan binatang iblis. Apabila kita menetralkan racun yang bisa membunuh manusia menggunakan ekstrak bunga astia, maka bunga callosa mampu menjadi penawar yang ampuh untuk asap pengendali pikiran.”

Rullin baru mengenal Rhaella selama beberapa minggu, tapi dia tidak bisa berhenti mengagumi kecerdasan yang dimiliki oleh wanita itu. Selain pandai dalam bertarung, pengetahuan Rhaella juga sangat luas, sehingga berguna untuk membuat strategi dan bertahan hidup.

“Rhaella, darimana kamu mempelajari banyak hal?”

Rhaella langsung tersenyum bangga. “Tentu saja otodidak, kau pikir hal seperti ini akan dipelajari di kelas formal.”

Rullin menghela napas saat melihat Rhaella mulai besar kepala. Dia tidak lagi memuji wanita itu dan mempertanyakan hal serius. “Setahuku bunga callosa hanya tumbuh di daerah tebing, sehingga mengambilnya sangat sulit. Sebab itu, aku khawatir kita tidak bisa membuat banyak.”

Rhaella mengibaskan tangannya. “Jangan khawatirkan hal itu. Aku bisa meminta Horus untuk memerintahkan anggota sukunya untuk mencari bunga callosa, mereka sudah terbiasa hidup di alam liar, pasti mengambil bunga di tebing bukanlah hal sulit untuk mereka.”

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang