BAB 28 : Ajakan Kencan

299 41 0
                                    

Setelah memberikan laporan itu, Rhaella tidak lagi mengatakan apa-apa, karena dia tak mau berbicara terlalu banyak, sebab takut tanpa sengaja malah membocorkan rahasia yang sesungguhnya.

“Hanya itu yang ingin saya sampaikan, Yang Mulia,” kata Rhaella.

Yeva, “Tinggalah di sini hingga perjamuan makan siang, Erik juga akan datang siang nanti. Rasanya sudah jarang kita tidak makan bersama sebagai keluarga.”

Rhaella tersenyum. “Tawaran Yang Mulia sangat menggiurkan, tetapi saya harus segera kembali karena kesehatan saya kurang baik akhir-akhir ini.”

“Sepertinya kesehatanmu semakin memburuk, Rhaella.”

“Yang Mulia tahu betul bahwa kutukan iblis tidak dapat disembuhkan, kecuali oleh si pengirim kutukan itu sendiri. Karena itu, rasanya harapan hidup saya sangat tipis.”

Yeva mengulurkan tangannya, dia menyentuh tangan Rhaella sambil berkata, “Jangan berbicara seperti itu, Rhaella. Sejak dulu, kamu selalu menjadi orang yang hebat, sehingga rasanya mustahil kamu bisa meninggal begitu cepat.”

Rhaella sepenuhnya sadar bahwa ucapan Yeva hanyalah sebuah pujian kosong, tidak memiliki arti atau ketulusan di dalamnya. Namun, tatapan mata Yeva yang mirip dengan mendiang permaisuri, membuat Rhaella sempat berpikir bahwa saudaranya itu benar-benar memperdulikan Rhaella.

“Yang Mulia, jika boleh, saya ingin mengajukan sebuah permintaan terkait kesehatan saya.”

Yeva, “Tentu saja boleh, katakan keinginanmu, aku akan berusaha mewujudkannya.”

Rhaella, “Saya ingin mencari tabib di luar negeri untuk meringankan kutukan iblis.”

Keheningan menyambut keduanya, Yeva bahkan tidak menjawab dalam beberapa waktu dan terus mengetukkan jarinya ke atas meja. “Kamu ingin mencari tabib dari luar negeri? Kenapa harus susah-susah melakukan itu saat mereka juga tidak mampu menyembuhkan kutukan yang bersemayam di dalam tubuhmu.”

Atau dengan kata lain, Yeva ingin berkata bahwa Rhaella hanya perlu menunggu kematiannya dengan tenang daripada terus berusaha mencari tabib yang mampu menyembuhkannya.

Seketika pikiran Rhaella tentang Yeva yang menaruh keperdulian kepadanya menguap begitu saja. Apabila Yeva benar-benar memperdulikannya, pria itu pasti akan melakukan segala hal untuk menyembuhkan Rhaella.

“Yang Mulia benar, tabib biasa tidak dapat menyembuhkan kutukan iblis. Namun, saya memang mencari tabib bukan untuk menyembuhkan saya, melainkan untuk mengurangi rasa sakit supaya saya bisa mati dengan tenang.”

Yeva kembali memasang senyuman di wajahnya yang kali ini Rhaella yakini sebagai sebuah kepalsuan. “Kalau Rhaella ingin menikmati sisa-sisa hidup tanpa rasa sakit, maka aku juga akan mendukungmu. Silahkan cari tabib di seluruh Benua Etheria yang mampu membuat kamu merasa lebih baik.”

Rhaella menundukkan kepalanya sebagai bentuk penghormatan. “Terima kasih banyak, Yang Mulia. Kalau begitu, saya mohon undur diri dari sini.”

Yeva mengangguk. “Berhati-hatilah saat pulang. Bulan ini Milana sedang masuk ke musim peralihan, jadi kadang cuaca bisa panas, kemudian hujan tiba-tiba.”

“Saya pasti akan berhati-hati.”

Setelah memberikan hormat terakhir, Rhaella segera berjalan menuju pintu keluar untuk meninggalkan Yeva. Ketika Rhaella hendak melangkah keluar dari pintu, dia berpapasan dengan permaisuri—Alana Rhoxolany—yang baru saja datang bersama dua pelayannya.

Tatkala beradu pandang dengan Alana, Rhaella menundukkan pandangannya dan berkata, “Yang Mulia Permaisuri, selamat pagi.”

Tak disangka, Alana tidak membalas sapaan Rhaella. Wanita itu terus berjalan melewati Rhaella, seolah Rhaella tidak ada di hadapannya. Perut dari Alana tampak membucit, pertanda kehamilannya mulai memasuki usia trimester kedua. Yeva pasti buru-buru membuat permaisurinya hamil supaya kedudukan kaisar tidak akan bisa jatuh ke tangan saudaranya yang lain, termasuk Erik.

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang