BAB 6 : Pertarungan Gladiator - Bagian 1

413 45 0
                                    

Satu minggu kemudian, luka-luka di tubuh Rullin sudah hampir pulih setelah dia terus dipaksa minum berbagai macam obat herbal dan menggunakan salep penghilang luka. Kondisinya tentu membuat Rhaella bisa mendaftarkan dia sebagai gladiator dengan senang hati.

Ketika Rhaella memasuki koloseum raksasa yang terletak di pusat kota. Tangan kanannya menarik tali rantai yang terhubung ke simpai budak di leher Rullin, membuat dia terlihat sedang menarik seekor anjing.

Dan anjing yang ia tarik sayangnya bukanlah jenis anjing patuh, melainkan seekor anjing besar galak yang akan selalu menatap setiap orang dengan pandangan marah. Tubuh bagian atasnya dibiarkan terbuka, sehingga otot-ototnya yang padat dapat terlihat dengan jelas di bawah terik matahari, dan membuat permukaan kulit Rullin menjadi kecokelatan.

Meski penampilannya sangat sederhana dan mencerminkan budak rendahan. Para wanita tetap saja berbondong – bondong untuk berbaris paling depan supaya bisa melihat otot di tubuh Rullin. Kadang tatapan mereka tampak seperti singa betina lapar yang sedang memasuki masa kawin, ingin makan sekaligus minta untuk digagahi.

“Yang Mulia, berapa banyak emas yang ingin Anda pertaruhkan hari ini?” seorang penjaga bertanya kepada Rhaella, dia melirik Rullin dengan antusias dan kembali berkata, “Budak yang Anda bawa terlihat cukup kuat, sepertinya Anda perlu mempertaruhkan lima karung emas untuknya.”

Rhaella seketika tertawa, dia menarik rantai di tangannya sehingga Rullin berdiri di sampingnya. “Lima? Aku akan bertaruh sepuluh karung emas!”

Dasha yang berada di samping Rhaella langsung membelalakan matanya, dia diam – diam berbisik di telinga Rhaella, “Yang Mulia, jika Anda mempertaruhkan sepuluh karung emas dan kalah, maka anggaran bulan ini akan habis dan kita mungkin harus memakan gandum dan garam sampai bulan depan.”

“Dasha, memangnya aku membawa Rullin ke sini untuk kalah? Dia tentu saja harus menang!” Rhaella menoleh ke arah Rullin. “Kamu tidak boleh kalah, karena gladiator yang kalah akan mati. Obat-obatan yang kuberikan akan terbuang percuma bila kamu mati.”

Rhaella Rhoxolany ini tampaknya sangat perhitungan.

Rullin bahkan berpikir di dalam hati, “Dia mungkin menghitung setiap butir gandum yang pernah dimakan olehku di Istana Barat.”

Setelah menuliskan nominal taruhan dan mendaftarkan nama Rullin Vedenin, Rhaella dipandu oleh seorang petugas untuk duduk di kursi khusus bangsawan yang terletak lebih tinggi dari kursi penonton lainnya.

Kursi untuk bangsawan hanya ada sepuluh, dan Rhaella melihat sudah ada lima bangsawan lain yang duduk di kursi. Setidaknya ada beberapa wajah yang sering Rhaella temui di Istana, seperti Earl Harry Farrand serta Duchess Susan Noban yang merupakan istri dari Duke Avery Noban. Mereka sempat tersenyum kepada Rhaella dan memberikan hormat bersama bangsawan lain.

“Yang Mulia, sepertinya Anda sering mengirimkan gladiator akhir-akhir ini,” kata Duchess Susan Noban.

Rhaella duduk di kursinya, kemudian meraih sebuah teropong kecil untuk melihat situasi di arena koloseum.

“Aku bosan akhir-akhir ini, makanya sering datang. Anda datang sendiri hari ini?” tanya Rhaella.

Duchess Noban mencondongkan tubuhnya ke arah Rhaella, “Hari ini suami saya memiliki beberapa urusan, jadi saya memutuskan untuk datang sendiri. Omong – omong, sepertinya budak yang Anda bawa sekarang cukup kuat.”

Rhaella terkekeh pelan, “Dia sangat kuat, aku pasti menang hari ini.”

Semua bangsawan yang hadir jelas tahu siapa budak yang dikirim Rhaella hari ini, mereka juga datang sebenarnya karena ingin menyaksikan pertunjukkan dari Rullin Vedenin. Mereka juga mau melihat, apakah sang mantan kaisar masih mampu mengangkat pedangnya atau tidak setelah mendapatkan banyak siksaan di istana.

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang