42

254 53 5
                                    

Taeyong kembali ke apartemennya, ia mencari ponsel yang tak tahu dimana keberadaannya itu. Taeyong ingin segera menelepon Tya untuk memohon maaf padanya. Setelah menemukan ponselnya yang mati karena kehabisan baterai, Taeyong langsung mengecas, ia menunggu beberapa menit terlebih dahulu sebelum dapat menghidupkan kembali ponselnya.

Saat baru dihidupkan, ponsel Taeyong menampilkan banyak sekali notifikasi mengenai proyek pekerjaannya dan satu pesan dari Tya. Taeyong langsung membukanya, ia menangis segera setelah membaca pesan itu. Taeyong merasa dirinya sungguh bodoh, ia terus menerus menyalahkan diri sendiri.

"Apakah berakhir begitu saja? Aku tidak bisa begini" ucapnya setelah cukup tenang.

Taeyong menatap satu kanvas kosong dan berniat untuk menyelesaikan proyek pekerjaan secepatnya agar ia dapat menyusul Tya ke Inggris.

Taeyong mengingat kembali seluruh kenangannya dengan Tya, ia mendapatkan ide dan langsung menorehkannya dalam lukisan itu. Taeyong sangat fokus ia menuntaskan lukisannya dalam waktu 5 jam. Taeyong segera mengemas lukisan itu untuk di kirimkan ke kurator.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Taeyong melihat jam tangan dan waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. "Sekarang jam 5 sore waktu di Inggris, sebentar lagi waktunya makan malam disana" ucapnya. Taeyong menggapai ponselnya untuk menepon Tya.

Tya menjawab panggilan Taeyong setelah berdering cukup lama.

"Tya, apa kau sedang makan malam?" Ucap Taeyong segera setelah Tya menerima panggilan

"Kenapa kau menghubungiku?" Tanya Tya tanpa basa basi

"Aku salah, aku minta maaf" ucap Taeyong dengan nada yang sangat rendah

Tya tidak menjawabnya, Tya diam saja seperti menunggu Taeyong melanjutkan kalimatnya.

"Aku sungguh menyesal, seharusnya aku mendengarkanmu. Apakah kau mau memaafkanku?" Tanya Taeyong ragu-ragu di akhir kalimat

"Aku mungkin akan memaafkanmu"

"Jadi apakah kita sekarang baikan? Kau tetap pacarku kan?" Taeyong kini sedikit bersemangat

"Aku tidak berpikir begitu." Jawab Tya dengan dingin, membuat tubuh Taeyong terasa membeku

"Tya.. ku mohon berikan satu kesempatan padaku, aku salah dan akan memperbaikinya di masa depan"

"Bukankah kita sudah benar-benar berakhir? Sudah hampir dua minggu sejak kejadian itu, bukankah itu artinya kita sudah sepakat tak ada hubungan apa-apa lagi?"

Taeyong merasa hatinya sungguh remuk mendengar Tya mengatakan itu. "Apa maksudmu? Aku tidak pernah menyetujuinya"

"Taeyong, maaf aku sibuk. Mari berbicara nanti"

"Tya, seben--" ucapan Taeyong terputus karena Tya segera mengakhiri panggilan.

Kini Taeyong tahu bagaimana rasanya jika seseorang menghiraukannya tanpa mendengarkan hingga akhir. Hatinya sangat sakit, ia merasa sesak. Taeyong terus menerus menyalahkan diri sendiri.
.
.
Taeyong telah sampai di Inggris, ia segera menuju hotel yang sudah dipesannya. Taeyong membersihkan diri dan berganti pakaian, lalu bergegas menuju sekolah tempat Tya bekerja.

Saat sampai, sekolah sedang sepi karena seluruh murid sedang belajar di kelas masing-masing. Taeyong menuju ke ruang guru untuk menanyakan ruangan Tya, namun disana kosong. Saat hendak kembali, Taeyong bertanya pada seorang pria yang tampaknya adalah guru karena memakai setelan yang rapi.

"Excuse me" (Permisi) Taeyong menatap pria yang memakai name tag di sisi kiri jasnya. "Mr. Lee, I wanna ask for direction to miss Tya office" (Tuan Lee, saya ingin meminta petunjuk arah ke kantor nona Tya)

Love Letter✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang