🌟Bonus Chapter🌟

389 61 41
                                    

Okey supaya ga ada salah paham lagi, cerita di chapter ini tuh tentang Taeyong di kehidupan lain ya sayang2ku🥰🥰

🌹🌹🌹

Taeyong terbangun dalam keadaan menangis, ia merasa mimpinya begitu nyata. Taeyong menuju ke ruangan tengah dan melihat Tya disana. Taeyong langsung memeluknya dari belakang dengan erat.

"Ada apa?" Tanya Tya yang bingung karena tiba-tiba dipeluk.

"Kau ada disini, syukurlah terima kasih Tuhan" Taeyong kembali menangis dalam pelukan itu

Tya masih bingung, ia kini mengelus kepala Taeyong dengan lembut, "kau kenapa? Apa bermimpi buruk?"

"Sangat buruk, kau bahkan tidak dapat membayangkannya. Aku mencintaimu, jangan pergi jauh dariku ya" Taeyong mencium pipi Tya dan kembali memeluknya.

"Lagi pula aku akan pergi kemana?" Tanya Tya, ia tersenyum hangat

"Jangan pernah pergi ke Inggris atau Perancis" jawab Taeyong masih enggan melepaskan pelukannya.

"Untuk apa aku ke sana?"

"Kau kan pernah bekerja disana" jawab Taeyong kini menatap Tya dan melepaskan pelukan

Tya sungguh bingung, "sepertinya kau masih bermimpi, aku kan tidak pernah bekerja. Sejak lulus kuliah kau sudah menikahiku? Kau tak ingat?" Tanyanya

Taeyong terlihat bingung juga, apakah itu tadi mimpi? Kenapa terasa sangat nyata? Atau kah itu pengalaman orang yang mirip dengannya di dimensi lain?

"Sepertinya aku terlarut dalam mimpiku" jawab Taeyong kembali memeluk Tya.

"Huaaaaaaa" suara anak kecil merengek terdengar dari arah kamar, membuat Tya segera berlari menuju arah suara itu.

Taeyong yang masih linglung, juga mengikuti Tya. Taeyong terkejut melihat tiga anak berusia 4 tahun disana saling merebut mainan. Dua anak laki-laki dan satu anak perempuan yang kelihatannya seusia. Anak perempuan sudah tersungkur, sedangkan dua anak laki-laki saling menarik mainan robot.

"Sayang, jangan bertengkar. Mama jadi sedih kalau kalian bertengkar" Tya mengatakan itu dengan lembut sambil mencoba menghentikan ketiga anaknya itu.

Tya menoleh pada Taeyong dan meminta tolong untuk menarik salah satu dari mereka untuk keluar. Taeyong menurut saja, ia masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Papa, aku mau main juga huaaa" teriak anak itu membuat Taeyong mulai panik, ia lalu menepuk punggung anak perempuan itu.

"Nanti papa belikan lagi, jangan bertengkar ya." Ucap Taeyong berusaha menenangkannya. Anak perempuan itu kini menatap wajah Taeyong yang terlihat sendu, ia memegang pipi Taeyong, "apa papa baru saja menangis?" Tanyanya

"Ah papa tadi bermimpi buruk" jawab Taeyong kini tersenyum

Anak perempuan itu memeluk Taeyong dengan erat. "Siapa yang berani membuat papa menangis? Katakan pada Arin" ucapnya kini telah berhenti menangis seolah tadi ia tidak bertengkar dengan kedua kakaknya.

Tya mendekati Taeyong dan Arin dengan dua anak laki-laki di kedua tangannya. "Arin sayang, ada yang ingin meminta maaf" ucapnya sambil memeluk dua anak laki-laki itu.

Taeyong lalu mencium pipi Arin, dan berbisik "rahasiakan kalau papa habis menangis ya". Arin hanya mengangguk dan kini berfokus pada dua kakaknya

"Arin, maafkan aku. Aku salah karena tadi merebut mainanmu" ucap anak laki-laki yang berbadan cukup gempal

"Aku juga, maaf karena aku mendorongmu" ucap anak laki-laki yang bersembunyi di balik kaki Tya

Arin memperhatikan mereka berdua bergantian, ia lalu memeluk anak yang bertubuh gempal terlebih dahulu "baiklah, aku akan memaafkan Gunwoo oppa", setelah itu Arin menuju ke kakaknya yang satu lagi "aku juga akan memaafkan Yeonwoo oppa". Setelah itu ketiga anak itu berpelukan dan kembali bermain bersama.

Love Letter✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang