Chapter 35

12.9K 813 20
                                    

{Happy Reading}

Nasya berdiam diri dibalkon kamarnya, ia merasa sangat rindu dengan ayah, bunda, dan kak Arga. Sudah 3 bulan lebih dirinya tak mengunjungi rumah orangtuanya.

Gus Afnan pun sangat sibuk dengan urusan caffe dan kantornya.

Kantor? Ya gus Afnan menghandle kantor yang didirikan kyai Khazem, Alfarizi Group's.

Waktu bersama gus Afnan hanya sedikit, dan itu hanya malam hari jika gus Afnan tak ada hal yang mendadak.

Nasya jenuh, dirinya butuh healing untuk menghilangkan rasa jenuh didalam dirinya, Laisa dan Aisyah juga sama halnya sibuk. Mereka mengejar waktu untuk khatam Al-qur'an dan akan melanjutkan pendidikan diluar Indonesia.

Aira, gadis itu belum kembali ketanah air sepertinya ia sangat nyaman berada diTurki. Sudah 1 bulan lebih gadis itu berada diTurki.

Ponsel iya tak memegang,mertuanya jarang ada dindalem karena sering pulang kampung karena umi dari Adiba sering sakit.

Menatap santriwan dan santriwati yang berlalu lalang,ada rasa keinginan bebas dari pesantren tapi tak mungkin dirinya sudah menikah.

"Bosen"entah sudah berapa kali kalimat itu selalu diulangkan

"Akhir akhir ini gus Afnan sibuk setelah menghandle kantor"

Beranjak dari balkon menuju dapur baiklah dirinya akan membuat makanan yang bisa mengalihkan rasa bosan.

Diceknya bahan bahan dikulkas, kosong? Ah, iya lupa belum membeli bulanan. Ingin membelinya tapi ia tak memegang uang.

Diceknya lemari atas,dan..menemukan bubuk puding dan keju! Baiklah sepertinya ia akan membuat puding ditaburi keju.

Nasya mengisi air didalam panci dan memanaskannya, setelah mendidih dimasukannya bubuk puding rasa coklat itu.

Nasya sebenarnya tidak terlalu menyukai coklat, namun hanya ada varian coklat ia bisa apa?

Helaan napas kasar terdengar berulang kali, walaupun ada sedikit rasa bosan yang menyingkir namun sisanya masih ada!

Setelah selesai, Nasya memasukannya dalam wadah dan ia diamkan dilemari dingin.

"Kangen bunda"lirih Nasya

Pikirannya tertuju pada keluarnya yang berada diJakarta sehingga tak memperhatikan benda disekitarnya

"Awsss.. "Tangannya tak sengaja memegang panci yang terasa masih sangat panas, tangannya memerah dan sedikit melepuh.

"Shh, astagfirullah sakit banget "matanya sudah berkaca kaca menahan isakan

"Astagfirullah ning! "pekik santri ndalem

Mbak Dinda, mbak Ghe, dan mbak Nur membantu Nasya mengobati lukanya

"Ning kenapa bisa seperti ini? "tanya mbak Ghe

"Shh..pelan pelan mba sakit"

Mbak Ghe yang mengobati tangan Nasya ikut meringis sakit, ditiupnya luka Nasya agar tidak terlalu perih.

Afnan Al-FariziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang