Chapter 43

9.7K 624 9
                                    

{Happy Reading}

Kalo bisa komennya jangan 'Lanjut thor' atau 'Next thor ' tapi kalo bisa 'Lanjut kak zah' atau 'Zah terus zah'. Lebih ajib aja gitu, btw aku rada gak srek gitu dipanggil Author wkwk.

Meja makan terasa penuh dengan banyaknya makanan yang dipesankan oleh bumil muda, Nasya tiba tiba ingin memakan bakso, pentol, kentang goreng, soto ayam, batagor, es buah, dan jajan kaki lima.

Adiba, Aira dan kyai Khazem hanya melihat bumil muda ini melahap makananya dengan santai, Nasya tidak peduli dengan sekitarnya yang ia peduli hanya makanan yang ada dihadapannya.

"Menantuku lapar atau apa ya? "gumam kyai Khazem

Adiba melirik sekilas suaminya "Menantu kamu mas, ngidamnya makan banyak tapi gak gendut gendut "ucap Adiba

Nasya yang merasa mendengar suara orang bercakap mendongak "Abi? "

"Kenapa sya? "

Nasya menggeleng "Kalian gak mau kan? "tanya Nasya

Ketiganya menggeleng "Bagus deh, kalo mau beli aja ya, soalnya sya gak mau berbagi, jangan marah sya takut kalian marah maka Allah akan marah"

Nasya kembali melahap makanannya tanpa memperdulikan ketiganya menatap melongo.

Kyai Khazem menggelengkan kepalanya tak habis pikir "Sya, abi ke kamar ya,makan yang banyak biar baby twins nya sehat"Nasya mengangguk

"Umi juga, Aira kamu temenin Nasya ya"

"Iya umi"

Aira duduk disebalah Nasya, gadis menumpu dagunya dengan tangan "Lapar sya? "

"Stt, Ra aku lagi makan jangan diajak ngobrol ya"

Aira mengangguk lesu, bumil yang satu ini rada menyebalkan.

Nasya berlari menuju wastafel ketika merasakan perutnya yang bergejolak meminta dikeluarkan.

Huek! Huek! Huek!

Aira panik, ia segera menyusul Nasya tapi sebelumnya ia berteriak

"ABI! UMI! ABI NASYA BI! "teriak Aira

Aira memijat tengkuk Nasya, Nasya mwnjatukan dirinya dilantai membuat Aira memekik kaget "Astagfirullah Syasya! "

Wajah Nasya sangat pucat, ia memegang perut nya yang terasa mual dan eneg.

"A-air..."lirih Nasya nyaris tak bersuara

Aira segera mengambil air hangat untuk diberikan kepada Nasya.

"SubhanaAllah menantuku! "pekik Adiba,ia segera membantu Nasya menuju kamar sedangkan kyai Khazem menelpon dokter.

...

Gus Afnan merasa tak tenang, pikirannya terus melayang kepada Nasya, entah perasaanya tak enak ketika memikirkan khumairanya.

Gadis yang ikut bersama gus Afnan hanya menatap gus Afnan dalam, ada rasa senang ketika bersama gus Afnan.

"Mas Afnan aku ikut ke pesantren ya? "pinta gadis itu

Gus Afnan menoleh "Tidak! "tegasnya

Gadis itu menghela napas jengah "Pokoknya aku mau tinggal dipesantren bareng mas Afnan! Gak mau tau titik! "pekik gadis itu

Leya mendengus kesal "Hei! Berhentilah meminta untuk tinggal dipesantren, apa kau bodoh? Disana ada istri Afnan! "

Gus Afnan hanya diam, biarlah Leya berbicara apapun kepada gadis itu.

"Mas Leya! Aku yakin istri mas Afnan gak akan keberetan kalo aku tinggal sama mas Afnan dan istrinya"

"Mas Leya gak ada hak buat melarang aku tinggal dipesantren! Pokoknya aku mau tinggal dipesantren bareng mas Afnan! "

Afnan Al-FariziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang