Chapter 22

13.2K 847 7
                                    

{Happy Reading}

Setelah mengatakan hal itu, Nasya dan gus Afnan kembali ke dalam rumah dan duduk diposisi awal. Hanya ada keheningan yang terjadi, gus Afnan menunduk dalam sedangkan Nasya mencoba bersikap biasa saja.

"Ekhem!langsung saja apa jawaban kamu Nasya? "yltanya Abraham

Nasya mendongak, menatap sekilas gus Afnan yang menundukan kepalanya lalu menatap ayahnya.

"Bismillah Nasya terima lamaran gus Afnan"

Gus Afnan yang mendengar itu terkejut,ia langsung mendongakan kepalanya dan menatap mata hitam pekat milik Nasya.

"Alhamdulillah,gimana Afnan mau kapan acara akadnya? "

Gus Afnan melirik Nasya kemudian menatap Abraham.

"Bisa saya bicara sebentar dengan Nasya? "

"Lagi?! "diangguki gus Afnan

Abraham menghela napas pelan "Silahkan! "

Gus Afnan meminta Nasya mengikutinya lewat lirikan mata.

"Ada apa lagi gus? "

"Kenapa kamu nerima lamaran saya? Saya tidak akan memaksa kamu"

Nasya terdiam "Kenapa gus ngomong gitu? "

"Saya tidak mau mengambil kebahagian kamu dengan memaksa kamu menerima lamaran saya"

"Saya ikhlas"lanjut gus Afnan

"Saya juga serius gus! "

"Jangan bercanda tentang perasaan saya Sya"

"Nasya gak bercanda gus! Nasya terima gus karena Nasya mencintai gus"

"Kalo gus mau saya batalin lamaran ini oke saya batalin"

Saat hendak pergi, gus Afnan menahannya dengan menarik ujung jilbab Nasya

"Gus! "pekik Nasya

Gus Afnan terkekeh "Kamu serius mencintai saya? "

"Saya gak pernah main main sama perasaan gus, gus kali yang main main"

"Main main apa maksud mu? "

"Halah gus Afnan sebenarnya gak cinta sama saya juga kan? "

"Saya hanya mencintai mu"

"Iya percaya"ketus Nasya

"Kenapa nada bicaramu terdengar ketus? "

"Awalnya saya ragu sama perasaan saya tentang gus Afnan, tapi setelah kepergian gus Afnan ke Kairo hati saya sesak, saya baru menyadari bahwa saya mencintaimu gus. Tapi melihat gus kembali membawa gadis bercadar perasaan saya terhadap gus semakin luntur"

Gus Afnan terdiam, sekarang ia tahu "Gadis yang saya bawa itu teman saya waktu di Kairo namanya Arsy, ia ingin ikut ke Indonesia dan mengunjungi pasantren abi saya tapi, karena ada kepentingan yang mendesak dirinya harus kembali ke negara asalnya"

Afnan Al-FariziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang