Chapter 51

10.1K 684 80
                                    

{Happy Reading}

Bacanya sambil dengerin music lebih wenak kali ya, atau dengerin sholawat juga bisa.

Kyai Khazem berlari mengikuti para tim dokter yang membawa gus Afnan, ia menyeka air matanya yang menetas di pipinya.

"Tunggu! "

Panggilannya dihiraukan tim dokter, baiklah ia memilih untuk menunggu didepan pintu ruang UGD.

Tangannya bergetar, hatinya merasa sesak melihat banyaknya darah yang bercucuran di pelipis dan kening gus Afnan.

Masih teringat jelas ketika putranya pamit untuk pergi kesuatu tempat, bibirnya basah menyebut kalimat agungan Allah.

"Selamatkan putraku ya Allah"

Kyai Khazem menatap suster yang keluar dari ruangan gus Afnan dengan lari tergesa gesa, disusul beberapa dokter yang tengah berbicara serius.

Kyai Khazem menghadang jalan tim dokter "Bagaimana keadaan putra saya? "

"Bapak keluarganya? "kyai Khazem mengangguk

"Pasien saat ini akan dibawa keruang oprasi untuk mengambil beberapa serpihan kaca yang masuk kedalam kulit pasien cukup dalam, dan terjadi keretakan dibagian tulang kaki karena terbentur cukup keras"

Setelah mengatakan itu tim dokter berjalan dengan cepat untuk menyiapkan ruang operasi, sedangkan kyai Khazem tak mampu menahan keseimbangan tubuhnya.

Ia terjatuh dengan mata memerah menaha kristal bening yang siap meluncur kapan saja.

"Allah ,cobaan apalagi yang engkau berikan untuk rumah tangga putraku? "

Kyai Khazem bediri ketika melihat brankar yang diisi gus Afnan dibawa keruang operasi.

Lampu oprasi menyala, kyai Khazem dengan setia menunggu tim dokter melakukan oprasi gus Afnan.

"Abi, jika Afnan tiada tolong jaga istri Afnan dengan baik, jangan biarkan dia menangisi Afnan. Jangan buat ia mengingat Afnan, tolong ajarkan anak Afnan ilmu agama yang kuat, jika anak Afnan laki laki, buat dia menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, jangan biarkan ia mengikuti jejak Afnan yang lalai menjaga kepercayaan Nasya, jika anak Afnan perempuan  tolong didik dia menjadi wanita seperti sayyidah Fatimah, sayyidah Aisyah, dan Sayyidah Khadijah, jadikan ia perempuan yang taat kepada Allah, jangan sampai putra dan putri Afnan terlena akan nikmatnya dunia yang hanya sesaat "

"Kenapa kamu berbicara seperti itu Afnan? "

Gus Afnan menggeleng "Tidak,Afnan hanya bicara saja, jika itu terjadi Afnan serahkan tanggung jawab Afnan untuk Nasya ke abi boleh? Tolong jaga Nasya dan anak Afnan"

Kyai Khazem menggeleng "Berhenti berbicara seperti itu Afnan jika umi mu mendengar kamu akan terkena ceramah rohani"

Gus Afnan terkekeh "Umi lagi sama Nasya, gak mungkin bisa mendengar percakapan kita bi"

"Tolong jaga Nasya dan anak Afnan abi"

Ucapan putranya memenuhi pikirannya, sebelum gus Afnan pergi dirinya dempat berbicara dengan gus Afnan

Tak terasa air matanya menetas, tubuhnya bergetar menahan isakan, hati nya rapuh mengingat ucapan putranya.

Lampu operasi mati setelah lamanya dua jam, dokter Araf keluar dengan pakaian khas saat melakukan operasi.

Kyai Khazem mendekat ke arah dokter Araf.

"Bagaimana keadaan putra saya? "

Dokter Araf menghela napas pelan "Keadaannya sempat memburuk, tapi beruntung masih bisa diselamatkan, sekarang kondisinya sama saja tak ada reaksi apapun yang diberikan pasien"

Afnan Al-FariziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang