Chapter 54

10K 736 64
                                    

{Happy Reading}

Matanya menilisik sudut ruangan, mencari sosok seseorang yang sangat ia rindukan, tangannya bergerak untuk mencopot selang oksigen yang ada diwajahnya.

Wajah pucatnya mengernyit heran melihat gadis dengan kain hitam penutup wajahnya berdiri tengah menatapnya.

Mengingat siapa gadis dihadapannya, apakah itu istrinya?

Tidak, tidak, apakah istrinya sudah mulai bercadar?

Ah, kepalanya terasa sakit untuk mengingat siapa gadis yang ada dihadapannya.

"Ka Afnan.. "

Gus Afnan menghiraukan panggilan itu, kepalanya terasa sakit, kakinya pun seperti mati rasa.

Mencoba untuk menggerakan kakinya terasa sakit, bibirnya terus meringis sakit.

"K-kamu siapa? "tanya gus Afnan

Gadis itu tersenyum dibalik cadarnya, ia rindu suara gus Afnan.

"Ka Afnan butuh sesuatu? "gadis itu menghiraukan pertanyaan gus Afnan.

Saat ini dirinya tak ingin membuat pikiran gus Afnan terasa berat.

"Air"

Gadis dengan kain hitam diwajahnya mengambil air yang sellau tersedia di nakas dekat brankar gus Afnan.

Gadis itu tampak kebingungan, bagaimana memberikan minum untuk gus afnan jika posisi gus Afnan masih terbaring, apakah ia harus membantunya untuk mengubah posisi?

Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia sempat melihat raut kesakitan ketika gus Afnan menggerakan kakinya, ia mengambil sedutan untuk membantu gus Afnan minum.

Gus Afnan meminum air yang diberikan gadis itu, walaupun sedikit susah karena posisinya terbaring ia mencoba menuntaskan dahaganya.

Gadis itu kembali menaruh minum gus Afnan, ia menepuk keningnya, terlalu excited ia sampai lupa untuk memanggil dokter.

"Ka Afnan tunggu disini ya, aku mau panggilin dokter dulu"

Gadis itu pergi tanpa persetujuan gus Afnan, sedangkan gus Afnan hanya diam menatap kepergian gadis itu.

Apakah ia pernah mengenal gadis itu?

Tak lama, gadis itu kembali datang bersama dokter laki laki.

"Senang anda sudah sadar pak"ucap dokter Araf

Ia mengecek kondisi gus Afnan senyuman tipis tercetak diwajah dokter Araf "Kondisi anda mulai membaik, hanya untuk kaki butuh sedikit terapi agar kaki tidak terasa kaku. "

Gus Afnan mengangguk pelan, dokter Araf dibantu dua suster mencopot alat yang selama ini menemani gus Afnan untuk bertahan hidup.

Hanya tersisa selang infus.

"Anda siapanya pak Afnan bu? "tanya dokter Araf tanpa melihat gadis itu

Gadis itu terdiam "Teman"

Dokter Araf mengangguk "Semoga anda bisa secepatnya pulih total pak, saya permisi"

Dokter Araf meninggalkan ruangan gus Afnan di ikuti kedua suster.

Gadis itu mendekat, ia tersenyim dibalik kain hitam yang menutupi wajahnya "Ka Afnan cepat sembuh"

Gus Afnan hanya diam, ia tak ingat dengan gadis itu "Dimana keluarga saya? "

"Aku tidak tau, saat aku kesini ruangan ka Afnan sepi"

"Siapa kamu? "

Gadis itu tersenyum "Aku Arsy kak, apakah kaka ingat aku? "

Gus Afnan mencoba mengingat gadis yang bernama Arsy, senyuman tipis tercetak diwajah pucat gus Afnan "Arsy teman saya saat di Yaman? "gadis bernama Arsy itu mengangguk semangat

Afnan Al-FariziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang