Chapter 48

9.6K 698 149
                                    

{Happy Reading}

Gys, dichapter sebelumnya aku gak ngegantung lho, itu tuh akhir dari penulisan cerita aku ngerti gak?

Jangan lupa puter lagunya:)
Song:Tak ingin usai [Keisya Levronka]

Nafis menatap tak percaya ke arah layar monitur menunjukan garis lurus, menggelengkan kepalanya tak percaya ia harap ini mimpi!

Dokter Arin tak kuasa manahan air matanya, ia melepaskan semua alat yang ada ditubuh pasiennya.

Dokter Araf menghela napas pelan, ia telah gagal menyelamatkan pasiennya.

"29 Mei 2022,pukul 14.59 pasien bernama Nasya Lailafatun Az-Zahra menghembuskan napas terakhirnya"

Nafis menutupi seluruh tubuh Nasya dengan kain, menghapus air matanya secara kasar.

"Maafkan aku sya, Allah lebih merindukan mu untuk berada disisinya"

Dokter Arin segera keluar dengan derai air mata, walaupun tak ada hubungan apapun dengan Nasya tapi, ia merasa kehilangan.

Keluarga setia menunggu Nasya yang masih ditangani tim dokter, melihat dokter Arin yang keluar dengan derai air mata membuat keluarga Nasya merasakan sesak didalam hati mereka.

"Dokter, bagaimana kondisi putri saya? "tanya Abraham

Dokter Arin menggeleng pelan "Maaf pak, bu, tapi Allah lebih merindukan pasien untuk bersamanya"

Arga mendekat "Maksud anda apa dokter? "tanya Arga was was, ia harap tak terjadi apapun dengan adik tersayangnya.

"Nasya telah meninggal"

Deg!

Adiba dan Aisya lunglai namun dengan sigap Abraham dan kyai Khazem menahan tubuh mereka agar tidak jatuh.

"Dan kami tim dokter akan mengangkat janin yang turut meninggal, kami tim dokter ikut berduka cita atas meninggalnya pasien bernama Nasya Lailaftun Az-Zahra"

"GAK MUNGKIN! "

Semuanya mengarah pandangan ke arah gus Afnan yang diam mematung dengan membawa kantong kresek hitam.

Gus Afnan berlari "Dokter! Gak mungkin kan istri saya meninggal?! Jawab saya! Gak mungkin kan Nasya pergi?! "pekik gus Afnan

"Maaf pak, tapi Allah berkata lain"

Gus Afnan menerobos masuk ke dalam ruangan dapat ia lihat tubuh yang ditutupi kain putih.

Gus Afnan menggelengkan kepalanya tak percaya ia mendekat ke arah Nasya yang sudah terbujur kaku.

Nafis dan beberapa dokter membiarkan gus Afnan bersama jenazah istrinya, mereka keluar untuk menyiapkan ruang operasi.

Perlahan tangan gus Afnan membuka kain yang menutupi wajah cantik istrinya, wajah yang selalu tersenyum manis dan penuh tawa kini berubah.

"Khumaira, jangan bercanda kayak gini? Kamu mau bikin aku menyesal atas perbuatan aku kan? Aku tau aku salah, tolong jangan tinggalin aku "

Gus Afnan mengguncang kan tubuh Nasya "Sya, aku mohon jangan kayak gini! Ini gak lucu sya, kamu mau buat aku gila dengan kamu pergi kaya gini? "

Gus Afnan tak mampu menahan air matanya "Sya, tolong! Jangan pergi dari aku, cukup bayi kita saja yang pergi, tolong jangan tinggalkan aku dengan keadaan yang belum membaik diantara kita"

Keluarga menatap prihatin ke arah gus Afnan, Arga yang ingin masuk ditahan Abraham.

"Biarkan Afnan sendiri"

Afnan Al-FariziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang