mulai tertarik

11 2 2
                                    

Terima kasih yang sudah mau baca cerita ini. Semoga suka, kalo suka tolong vote, kalo ada yang perlu diperbaiki tolong koment.

--------------------------------

Di pare kediri

Aku mencoba membalas, seperti saat indah mengkoreksi ceritaku. Semoga saja aku tidak salah membalasnya. Aku takut orang lain tersinggung saat aku koreksi.

'mungkin yang membaca di awal merasa abang ingin menceritakan tentang pabrik, kemajuan jaman. Tapi tiba-tiba berubah ke ibu-ibu yang gak tau... lalu kepabrik lagi.'

Semoga saja benar, biasanya kalo aku menulis dengan penulisan seperti itu, indah pasti minta jangan terlalu bolak-balik. Pasti dia minta aku menjelaskan 1 titik pengelihatan aku, lalu beralih ke titik pengelihatan lainnya dengan perpindahan titik yang jelas, tapi aku tidak tahu apa ini sama, atau tidak. Tidak lama dia membalas kembali

'karna prosesnya masih dalam memperbaiki kalimat dan sebagainya jg'
'karna akan dibagi ke beberapa part'
'boleh liat tulisan'

Matilah sudah, selama ini aku hanya memberitahu indah tentang tulisanku, aku terlalu takut di hina, aku bukan orang yang pandai mengarang juga, biasanya aku menulis tentang apa yang aku rasakan dan ditambah dengan sedikit bumbu dari buku-buku yang aku baca. Bagaimana ini, aku malu lagipula masih banyak perbaikan lagi, dan semua data ada di rumah, gak pernah aku bawa, paling bisa ambil data yang ada di aplikasi. Aku coba membalasnya.

'oke... kalo menurut aku, mending abang, satukan dulu tentang pabrik... trus baru melihat ibu dan anak, lalu berfikir tentang masa depan anak itu'
Aku mencoba menjelaskan seperti saat indah mengajariku.

' boleh... bentar aku copy dari note aku dulu' aku berbohong, aku coba buka di hpku, cerita yang belum selesai aku publish aku copy saja lah sejenak, bagian yang cukup bagus. Semoga tidak aneh.

' jadi bacanya gak bingung... itu aja sih...' berharap tidak ia balas. Tapi kenyataannya dia menunggunya dong.

' yap, makasih kak reyna'
' yap, ditunggu'

Aku segera mencari daftar tulisanku di akunku, aku buka buku maladaptive daydreaming yag baru aku tulis 5 bab. Segera aku copy bagian bab awal tapi hanya sebagian.

'cuaca hari ini sungguh terik, membuat aku merasa begitu lelah. Debu bertebaran, bunyi klakson terdengar dimana-mana, ada juga pedagang asongan yang menjajakan kacang, permen dan sebagainya. Aku berdiri diantara beberapa orang yang kami tidak saling mengenal namun denngan 1 tujuan, yaitu menggu sebuah bus datang.
Aku berada ditempat berbeda. Aku melihat ibuku yang memelukku penuh kasih tidak seperti yang tidak selalu ia lakukan kepadakku. Akku tersenyum pahit.
"ayo... cawing uki. Cawing uki, mbak ikut gak?' tepuk seorang pria kepadaku, membuat aku tersadar akan kenyataan saat ini.
"iya, saya ikut bang." Ujarku sambil menaiki bus itu.
Aku mellihat sekeliling, berharap aku dapat menemukan tempat duduk yang kosong. Ah, itu aku menemukannya. Walau harus bersebelahan dengan seorang lelaki yang cukup berumur, namun itu lebih baik dari pada aku harus berdiri sampai tujuankku.
Aku menatap kosong kearah jendela. Melihat segala yang dilewati bus ini. aku tersenyum kembali ketika mengingat mimpiku tadi. Aku tidak tahu apakah aku normal atau tidak. Tapi aku rasa aku seperti orang gila - bagi sebagian orang - yang kehilangan akal sehatnya.
Tanpa tersadar aku kembali bermimpi, aku meilhat andri menggenggam tanganku sambil berkata
"kamu kuat. Jangan dengarkan mereka. Aku akan mendukung kamu" ujarnya dengan tulus, aku menatap matanya yang indah, mencari ketulusan disana.
"tapi kamu bilang kamu benci aku. Kamu tidak mau kenal aku" ujarku sambil menahan airmata setelah aku menemukan ketulusan dimatanya.
Tiba-tiba laki-laki yang duduk disebelahku menepuk pundakku membangunkan aku dari mimpi.
"mbak ngomong sama siapa?" Tanyanya dengan suara yang cukup pelan.
"gak pak, maaf" ujarku sambil merutuki dirikku sendiri'

Kurasa ini saja sudah cukup, sebenarnya maladptive daydreaming sindron yang sulit dijelaskan. Maka dari itu aku kirim bagian sini, supaya dia tidak lagi bertanya tentang ceritaku. Karna sebagian orang yang baca pasti bilang agak horror, padahal genrenya bukan horror lebih kepada mental. Semoga dia illfeel dengan ceritaku itu, jadi dia tidak menghubungi aku untuk bicara tentang novel.

'ini aku yang udah pernah aku tulis bang.'
'tentang maladaptive daydreaming '
'penyakit kejiwaan'
'yang menyerang orang-orang yang merasa tertekan '
'tapi itu baru awal ceritanya'
'nanti aku save pdf dulu cerita lengkapnya'

Aduh, bodoh sekali aku ini, membuat janji seperti itu, bagaimana jika dia mengiyakan. Aku malu jika nantinya dia berkata karyakku sangat buruk. Sungguh aku merutuki kebodohanku ini sambil menunggu jawaban darinya. Cukup lama dia tidak membalas pesanku, aku sangat senang sekali, aku sangat yakin dia tidak mau membaca ceritaku itu. Aku kembali membaca novel yang sengaja aku bawa dari Jakarta untuk membunuh kejenuhanku.

"kak, kak, come here, mama calling" panggil rara memberitahu orangtuaku menghubungi kami melalui hp rara.

Aku cukup terkejut, karna aku sedang larut dalam novelku itu. Aku berlari mendekati rara yang berada di teras camp. Mendengar percakapan rara dengan ibuku. Sungguh aku malas jika harus berbasa basi dengan ibuku, karna yang ada hanya rasa sedih memikirnya bagaimana kondisinya disana yang harus mengerjakan pekerjaan rumah sendirian tanpa kami. Ya aku hanya dapat berdoa, semoga saja beliau sehat dan adik serta ayahku mau membantu pekerjaan rumah beliau. Cukup lama rara bercerita dengan ibuku, aku mendapatkan pesan lagi dari farhan.

'Aku gak tau harus berkata apa saat membaca ceritamu'

Isi pesannya membuat aku bingung. Sudah aku duga dia gak akan suka dengan ceritaku ini.

'Kenapa?' Aku balas chatnya berharap tahu apa arti kata-katanya.

'Aku tak tau bagaimana menilainya tapi aku sangat menikmatinya'
'Kak reyna'
'Don't get angry over my opinion kak reyna'
'Hahaha'

Balasnya membuat aku sedikut tertarik berkenalan dengannya.

'I can't angry to everyone' balasku, sedikit berbohong namun sejujurnya memang aku tidak terlalu mudah tersinggung atau marah jika dihina, kecuali sudah sangat keterlaluan ya.

Aku harap dia tidak membalas lagi. Karna aku harus segera bersiap-siap untuk kelas camp program malam.

REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang